Senin 13 Sep 2021 13:24 WIB

Benarkah Bangsa Arab Badui Tertutup? Ini Kata Buya Hamka

Bangsa Arab Badui menjalin komunikasi dengan komunitas luar

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Bangsa Arab Badui menjalin komunikasi dengan komunitas luar. Ilustrasi Padang Pasir
Foto: Pixabay
Bangsa Arab Badui menjalin komunikasi dengan komunitas luar. Ilustrasi Padang Pasir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Sudah menjadi rahasia umum di kalangan bangsa-bangsa bahwa bangsa Arab sebelum nya terdiri dari beberapa kabilah badui yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Mereka terputus hubungannya dengan bangsa lain yang lebih maju, seperti bangsa Romawi, Yunani, dan Mesir.  

Prof Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam Pra Kenabian Hingga Islam di Nusantara. Mengatakan setelah diteliti lagi oleh ahli-ahli riwayat zaman baru, ternyata prasangka ini sungguh keliru. 

Baca Juga

Bahkan sebenarnya hubungan bangsa Arab dengan bangsa lain yang telah maju sudah terjalin lama. "Baik dalam hal perniagaan maupun peradaban," kata Prof Hamka.   

Prof Hamka mengatakan, penulis riwayat zaman baru telah banyak menghabiskan umur, harta, benda, dan banting tulang dengan memasuki tanah Arab semata untuk mencari pertalian hubungan zaman kini dan zaman kuno (purbakala) demi berkhidmat pada ilmu pengetahuan. 

Pada 1825 M, tiga orang peneliti yaitu WF Hemprich, MO Tamsier, dan CG  Ehrenberg telah mengunjungi Tihamah dan Asir pada 1869 M, J Flalevy, dan Edwar Galaser pada 1890 M, telah mendatangi Jauf dan Ma'rib.  

Pada tahun 1835 M, C Cruttendu dan JR Wellsted meneliti  di Hadramaut. Pada 1843 M A Von Wred dan W Wuman, serta Hirich pada 1839 M telah mengunjungi Musqatketika hendak berangkat ke India. 

Pada 1876 M,S.B Miles datang ke Oman. Pada 1814 M Burcekhard dan Sir Richard pernah berziarah ke Hijaz, sedangkan G F Sadlier pernah ke Najd. Sementara itu peneliti lain yang pernah datang ke tanah Arab adalah G. A. Walin (1862M), C. Dougty (1875M) dan C Huber 1883M. 

Menurut Prof Hamka masih banyak lagi peneliti-peneliti lainnya yang telah berziarah ke semua negeri di pedalaman tanah Arab hingga ke beberapa padang pasirnya. 

Ada yang ingin menelusuri riwayat keturunan dari bangsa Arab ada yang ingin mempelajari jenis binatangnya ada yang mempelajari jenis logamnya, dan lain-lain. "Semua ini banyak menambah perbendaharaan ilmu dan pengetahuan terkait dengan Jazirah Arab," katanya. 

Prof Hamka mengatakan, sumber riwayat Arab terbagi dua, ada yang tertulis dalam kitab kitab dan ada pula yang terdapat pada bekas-bekas peninggalan lama, seperti pada runtuhan batu batu atau ukiran-ukiran. Kitab-kitab tersebut ada yang berada di tangan bangsa Arab sendiri dan ada yang di luar Arab. 

Sementara itu, sumber yang terdapat pada bekas lama ada yang dari tanah Arab sendiri, seperti di Hijaz, dan Yaman. Ada pula yang dari luar seperti pada bekas bangsa Babilonia, Asyur, Mesir, dan Tunisia. 

Menurut Prof Hamka, kitab paling tua yang menuliskan beberapa tarikh Arab ialah Alquran. Dalam Alquran dituliskan beberapa pernyataan tentang bahasa Arab yang telah lama musnah, seperti bangsa Ad, Tsamud, dan beberapa riwayat dari raja-raja Yaman, atau tentang banjir besar yang menghancurkan beberapa saat di hari yang disebut sairul alim.  

"Riwayat-riwayat yang tercantum dalam Alquran tidaklah berlebihan dan semua cerita yang dikisahkan dalam alquran sudah dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan dan penelitian saat ini," katanya. 

Selain Alquran terdapat juga kitab tarikh terkenal dari karangan Ibnu Katsir, Ibnu Hisyam, Thabari, Murjuz Zahab, Iqdul Farid, al-Aghany, Ibnu Khaldun, dan lain-lain.    

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement