Jumat 10 Sep 2021 11:56 WIB

Penulis Muslim AS Rilis Novel tentang Rasisme Pasca 9/11

Novel itu menceritakan seorang siswa yang berurusan dengan Islamofobia

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Esthi Maharani
Penulis Amerika dan Aktivis Saadia Faruqi merilis novel terbaru yang berjudul “Yusuf Azeem Is Not a Hero”.
Foto: About Islam
Penulis Amerika dan Aktivis Saadia Faruqi merilis novel terbaru yang berjudul “Yusuf Azeem Is Not a Hero”.

IHRAM.CO.ID, WASHINGTON – Bagi banyak Muslim Amerika, serangan 9/11 berdampak luas. Tragedi tersebut mengubah hidup Muslim Amerika dengan membuat mereka ketakutan, menerima kebencian, dan menimbulkan prasangka buruk tentang Islam.

Penulis Amerika dan Aktivis Saadia Faruqi merilis novel terbaru yang berjudul “Yusuf Azeem Is Not a Hero”. Novel itu menceritakan seorang siswa sekolah menengah di Texas yang berurusan dengan Islamofobia saat Amerika menandai peringatan 20 tahun serangan 11 September.

“Untuk pembaca muda, seluruh hidup mereka dibentuk oleh 9/11. Jika mereka Muslim atau berkulit cokelat dan terlihat seperti Muslim, mereka diperlakukan seperti musuh,” kata Faruqi.

Faruqi menyebut banyak orang tua yang mengalami diskriminasi dalam pekerjaan dan kehilangan banyak teman. Lewat bukunya, Faruqi ingin menunjukkan apa yang terjadi ketika seluruh negara hidup dalam trauma pasca 9/11.

Pada 11 September 2001, Faruqi berada di Florida untuk mengambil gelar sarjananya. Karena dia tidak mengenakan jilbab pada saat itu, dia mampu berbaur dan menghindari stereotip.

“Saat itu saya tidak memakai jilbab, jadi saya bisa membaur. Tapi jika saya masih di sekolah menengah pertama atau sekolah menengah atas, itu akan sangat buruk seperti yang terjadi pada banyak orang yang saya wawancarai,” tuturnya.

Farauqi menggambarkan trauma anak-anak Muslim karena harus menghadapi situasi setelah 9/11. Dia berharap anak-anak mendapat pesan lewat bukunya.

“Saya berharap anak-anak seperti Yusuf mendapatkan pesan untuk menjadi kuat dan memahami apa motivasi orang untuk menjadi rasis. Yusuf akhirnya harus melawan para pengganggunya, tidak hanya seusianya tetapi juga orang dewasa,” ucap dia.

Novel ini bukan buku yang menyedihkan karena memiliki akhir yang bahagia dan penuh harapan. Meskipun Islamofobia meningkat di AS, penulis Muslim masih memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik.

“Saya percaya kita dapat mengatasi hal-hal ini dengan berbicara kepada orang-orang dan belajar tentang orang-orang yang berbeda dari kita. Membaca buku, bertemu orang dari budaya lain bisa melawan itu,” tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement