Kamis 09 Sep 2021 16:16 WIB

Peningkatan Ekspor Oleokimia Terbantu Hambatan yang Minim

Pangsa pasar utama ekspor oleokimia yakni China, Belanda, India, Malaysia, dan AS.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Pekerja memanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12). Kinerja ekspor Oleokimia yang terus meningkat salah satunya didukung oleh minimnya hambatan di negara tujuan ekspor.
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Pekerja memanen tandan buah segar (TBS) kelapa sawit, di Petajen, Batanghari, Jambi, Jumat (11/12). Kinerja ekspor Oleokimia yang terus meningkat salah satunya didukung oleh minimnya hambatan di negara tujuan ekspor.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kinerja ekspor Oleokimia yang terus meningkat salah satunya didukung oleh minimnya hambatan di negara tujuan ekspor. Hal itu pun memberikan peluang yang masih cukup luas untuk terus menggenjot ekspor oleokimia dari Indonesia.

Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan Kementerian Perdagangan, Asep Asmara, menjelaskan, sebagian besar produk sawit asal Indonesia terbebas hambatan perdagangan seperti penghentian pengenaan bea masuk antidumping (BMAD) untuk produk fatty alcohol di Uni Eropa.

Baca Juga

“Kami optimistis masih bisa meningkat karena ada beberapa hambatan yang diselamatkan,” kata Asep dalam webinar, Kamis (9/9).

Asep menyampaikan, dari total 3,82 juta ekspor oleokimia Indonesia kurun waktu Januari-Juli 2021, fatty acid mendominasi atau sekitar 58 persen dari total ekspor oleokimia. Selanjutnya diikuti, ekspor dalam bentuk glycerol sebesar 21 persen, fatty alcohol 11 persen, dan sabun 8 persen. Sementara, produk biodiesel hanya berkontribusi 2 persen dari total ekspor oleokimia.

Adapun pangsa pasar utama ekspor oleokimia yakni China, Belanda, India, Malaysia, dan Amerika Serikat. Asep mengatakan, upaya peningkatan dan perluasan ekspor akan terus dilakukan melalui perwakilan perdagangan RI di negara mitra.

“Ada lagi yang kita kembangkan ke negara-negara lain untuk ekspor, negara yang memang dianggap potensial. Kita tentunya terus melakukan pendekatan dan melihat pasar melalui perwakilan kita di luar negeri. Itu yang jadi concern Kemendag dalam penetrasi pasar selain ke negara tujuan utama,” paparnya.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Oleochemical Indonesia (Apolin) Rapolo Hutabarat menilai, hingga saat ini pelaku ekspor tidak menemui hambatan besar bagi ekspor produk oleokimia. Kecuali, untuk produk biodiesel yang dikenai tuduhan subdisi dan dumping di Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Ia optimistis peluang untuk meningkatkan ekspor oleokimia masih sangat terbuka. Pasalnya, sumber daya minyak sawit masih tersedia besar didukung oleh teknologi yang semakin berkembang.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement