Kamis 09 Sep 2021 12:29 WIB

'Secretome Harapan Baru Pengobatan Covid-19'

Badai Sitokin bisa menyebabkan kondisi patologis yang dapat mengancam jiwa pasien.

Virus Covid-19 (ilustrasi)
Foto: Pixabay
Virus Covid-19 (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah melanda Indonesia selama 1,5 tahun lebih. Oleh karena itu, dibutuhkan terobosan terutama dalam bidang kesehatan agar pandemi ini segera berakhir. Dosen Fakultas Kedokteran Unissula, dr Agung Putra, mengungkapkan pengetahuan tentang sel punca atau stem cell menjadi sangat penting karena merupakan salah satu dari obat-obatan masa depan (the future of medicine) selain terapi genetik dan nanorobotik. Oleh karena itu, pandemi kali ini menjadi momen terbaik untuk mengevaluasi diri dan belajar. 

Seperti diketahui, virus ini menginfeksi saluran pernapasan yang sering disebut Badai Sitokin'. Istilah yang sempat dipopulerkan Youtuber Deddy Corbuzier itu adalah kondisi di mana paru-paru pasien dipenuhi lendir sehingga mengakibatkan gagal nafas. 

"Sehingga (hal itu membuat pasien) membutuhkan ventilator, yang ternyata sering kali malah memperburuk keadaan, karena mendorong virus menyebar ke seluruh tubuh," ujar Agung dalam acara Webinar Kumpul Bahagia Alumni MM FEB UI (KUMBA) Episode ke-47, Selasa (7/9) lalu.

Agung menambahkan, temuan dan penelitiannya yakni Secretome merupakan harapan baru untuk pengobatan Covid-19. Secretome adalah suatu zat yang dihasilkan oleh stem cell yang isinya adalah growth factor, miRNA, exosome, dan faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang semakin ke sini menjadi hal baru berguna untuk pengobatan. Sedangkan Mesenchymal Stem Cells (MSCs) atau sel punca mesenkimal telah terbukti menjadi pilihan yang menjanjikan untuk terapi berbasis sel.

"Guna mengatasinya dibutuhkan beberapa tindakan yakni biotherapy suntikan biosecretome@sccr®, preventif dengan biobooster@sccr®, penyembuhan dengan biosever@sccr®, dan recovery dengan biorecover@sccr®," kata Agung menambahkan.

Sementara itu, salah satu anggota kehormatan Neuronesia, Tauhid Nur Azhar menyampaikan bahwa teknologi sel punca dan sekretomnya adalah salah satu genre terapi berbasis pendekatan biomedik yang menjanjikan harapan besar pada ranah kedokteran regeneratif serta pengelolaan kasus-kasus dengan mekanisme patobiologis yang mendasarinya. Dalam sekretom dari sel punca mesenkimal terdapat beberapa faktor pertumbuhan dan soluble factor lainnya yang memiliki efek terapeutik, antara lain dalam pengelolaan radang dan pengendalian badai sitokin. 

"Terjadinya Badai Sitokin pada penderita infeksi Sars CoV-2 yang ditandai dengan memuncaknya kadar IL-1, IL-6, dan juga TNF-Alfa jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kondisi patologis yang dapat mengancam keselamatan pasien karena dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ terkait. Terapi dengan  sekretom dari sel punca hipoksik diketahui sangat efektif dalam proses pengendalian Badai Sitokin dan dapat memicu proses regenerasi jaringan terdampak radang dengan sangat baik," ujar Tauhid menjelaskan.

Acara webinar tersebut menjadi meriah karena selain menggandeng SCMMUI (Student Committee MMUI) dan Biofarma (Kementerian BUMN), acara tersebut juga didukung penuh oleh beberapa komunitas yang ikut hadir, seperti Alumni STAN (D’88, STA’88, STA’89), Alumni SMAN 1 Jakarta (Boedoet’88), Altius ITS (Alumni Teknik Industri), dan komunitas Neuronesia (pencinta ilmu neurosains).

"Hampir segala macam topik kita dapat diskusikan di sini. Acara ini bertujuan untuk memunculkan pemikiran-pemikiran baru dengan melepas sekat-sekat latar belakang disiplin ilmu yang sangat beragam. Terutama yang dapat bermanfaat untuk masyarakat luas," kata pengurus KUMBA, Bambang Iman Santoso.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement