Sabtu 04 Sep 2021 04:45 WIB

Menjadi Mualaf Bukan Berarti Meninggalkan Keluarga

Sebagai seorang mualaf, hal terberat adalah memberitahu keluarga mereka.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Menjadi Mualaf Bukan Berarti Meninggalkan Keluarga
Foto: AP /Rafiq Maqbool
Menjadi Mualaf Bukan Berarti Meninggalkan Keluarga

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbedaan keyakinan dengan keluarga kadang membuat kekhawatiran bagi Muslim baru (mualaf). Mereka takut dikucilkan bahkan dibuang dari keluarga.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Theresa Corbin. Sebagai seorang mualaf ia takut keluarganya tidak menerima agama barunya sebagai seorang Muslim.

Baca Juga

"Terlepas dari perasaan saya, saya memiliki cukup kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa mendekati topik seperti itu perlu dilakukan dengan hati-hati," kata Theresa, dilansir dari About Islam, Jumat (3/9).

Corbin merupakan keturunan Prancis-Amerika. Ia memeluk Islam pada 2001. Ia merupakan seorang penulis yang fokus pada isu keislaman.

 

 

Ia pernah mengajukan pertanyaan kepada ayahnya mengenai Islam dengan sudut pandang akademis saat makan malam bersama. Ayahnya berpandangan keras terhadap Islam

Keinginan memberitahu bahwa dirinya telah memeluk Islam pun seketika diurungkan. Ia akan mencari waktu yang pas untuk melunakkan hati ayahnya.

Sayangnya kesempatan itu tidak pernah datang. Ayahnya meninggal dua bulan setelah makan malam itu.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement