Jumat 03 Sep 2021 16:08 WIB

Kemendag Ingin Perjanjian Dagang Genjot Ekspor Produk Jadi

Pemerintah perlu mempersiapkan diri ke sektor yang lebih bernilai tambah.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7). Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan berbagai fasilitas perdagangan lewat kerja sama bilateral maupun multilateral dapat membantu peningkatan ekspor Indonesia, khususnya produk jadi dan berteknologi tinggi.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Suasana aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Kamis (22/7). Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan berbagai fasilitas perdagangan lewat kerja sama bilateral maupun multilateral dapat membantu peningkatan ekspor Indonesia, khususnya produk jadi dan berteknologi tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan menargetkan berbagai fasilitas perdagangan lewat kerja sama bilateral maupun multilateral dapat membantu peningkatan ekspor Indonesia, khususnya produk jadi dan berteknologi tinggi. Mengandalkan pada komoditas mentah dinilai tidak memberikan keuntungan secara berkelanjutan.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, Kasan Muhri, mengatakan, saat ini terdapat fenomena supercycle dimana sejumlah harga komoditas di pasar dunia mengalami kenaikan. Hal itu menguntungkan Indonesia sebagai salah satu eksportir sejumlah komoditas seperti pertambangan, hingga pertanian.

Di satu sisi, musim pandemi Covid-19 masih berlangsung dan memberikan tantangan bagi setiap negara. "Dalam situasi seperti ini, meski ada pandemi namun terdapat faktor kenaikan harga komoditas, kita terus menggencarkan pasar melalui perjanjian dagang," kata Kasan dalam webinar, Jumat (3/9).

Adapun skema perjanjian dagang yang tengah dalam proses perundingan seperti lewat skema Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), Free Trade Agrement (FTA), hingga Preferential Trade Agreement (PTA).

"Ditopang kenaikan harga komoditas, kita ingin membawa masuknya aliran investasi yang meningkat dan itu diharapkan masuk ke industri manufaktur yang menghasilkan produk jadi," kata Kasan.

Ia mengatakan, jika investasi dalam situasi saat ini bisa terus ditingkatkan bagi sektor manufaktur, perjanjian-perjanjian dagang yang tengah dalam proses perundingan dapat menjadi peluang bagi Indonesia. Khususnya mempersiapkan diri masuk ke pasar ekspor barang yang jadi.

"Kita tidak mau euforia harga komoditas berlalu begitu saja tanpa mempersiapkan diri ke sektor yang lebih bernilai tambah," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement