Kamis 02 Sep 2021 05:28 WIB

Hasil Penelitian: Belajar Daring Mengubah Karakter Anak

Saat belajar daring selain mengerjakan tugas, siswa juga berselancar di dunia maya

Sejumlah siswa menggunakan laptop mencari bahan pelajaran melalui internet fasilitas sekolah di SMP N 4 Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (19/8/2021). Pihak sekolah memfasilitasi perangkat laptop dan sinyal internet melalui jaringan tanpa kabel atau wifi bagi siswa di sekolah untuk belajar dan mencari bahan pelajaran melalui daring sebagai pendukung kegiatan belajar siswa di daerah pelosok yang minim fasilitas dan jaringan internet saat pandemi COVID-19.
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah siswa menggunakan laptop mencari bahan pelajaran melalui internet fasilitas sekolah di SMP N 4 Bawang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (19/8/2021). Pihak sekolah memfasilitasi perangkat laptop dan sinyal internet melalui jaringan tanpa kabel atau wifi bagi siswa di sekolah untuk belajar dan mencari bahan pelajaran melalui daring sebagai pendukung kegiatan belajar siswa di daerah pelosok yang minim fasilitas dan jaringan internet saat pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SUMENEP--Hasil penelitian mahasiswa Universitas Jember (UNEJ), Jawa Timur, menyatakan pola pembelajaran via daring yang digelar di berbagai sekolah selama ini, telah banyak mengubah karakter anak didik, khususnya pada tingkat pendidikan dasar, yakni SD (Sekolah Dasar) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI)."Ini terjadi, karena saat belajar via daring, anak tidak hanya belajar tentang materi pelajaran yang ditugaskan oleh guru, akan tetapi mereka juga berselancar dengan dunia maya," kata peneliti Firratus Saadah di Sumenep, Rabu (1/9).

Mahasiswa pada Program Studi (Prodi) Teknologi Informasi pada Fakultas Ilmu Komputer Universitas Jember ini meneliti Dampak Pembelajaran Daring pada Siswa di Era Pandemi Covid-19. Objek penelitiannya, siswa kelas III hingga VI MI Al-Hidayah di Desa Bragung, Kecamatan Guluk-Guluk, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Penelitian yang merupakan tugas dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) dilakukan dengan teknik pengumpulan data observasi dan melakukan pengamatan di lapangan disamping wawancara langsung sebagai pendukung."Dari situ, terungkap fakta dari siswa-siswa yang kami teliti, bahwa sejumlah anak di MI Al-Hidayah itu gaya bicaranya 'kotor' setelah berselancar dengan dunia maya," ungkap Vira, sapaan karib Firratus Saadah yang merupakan peserta KKN 15 Back to Village (BTV) III UNEJ 2021 itu.

Penelitian dengan metode pengumpulan data berupa observasi yang dilakukan  mahasiswa semester VII Prodi Teknologi Informasi Fakultas Ilmu Komputer UNEJ itu lalu menjadi landasan pro kerja bagi Vira untuk menetapkan program kerja dari program KKN yang digelar di Desa Bragung, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur itu.

Program kerja yang akhirnya ditetapkan atas fenomena yang terjadi pada peserta didik itu berupa pembelajaran pendidikan karakter terhadap anak-anak di lingkungannya, dengan mengacu pada lima nilai utama yakni religius, integritas, mandiri, dan gotong-royong."Saya mengajak sejumlah anak membuat tepung tanah liat (clay). Kegiatan ini untuk merangsang anak supaya bisa bekerjasama dengan baik. Anak-anak juga diajak nonton film disney, dan melakukan bedah film. Film tersebut memberikan pelajaran tentang toleransi dalam perbedaan," ujarnya.

Penelitian tentang dampak pembelajaran daring ini, melengkapi hasil penelitian yang dilakukan  mahasiswa di Universitas Yogyakarta bernama Wening Sekar Kusuma tentang Dampak Pembelajaran Daring terhadap Prilaku Sosial Emosional Anak. Bedanya, metode yang digunakan dalam penelitian sebelumnya pada studi kasus melalui wawancara dengan analisis tematik pada 10 ibu yang memiliki anak bersekolah TK di kabupaten Ngawi.

Oleh peneliti, sebagaimana dipublikasikan di Jurnal Obsesi di kampus itu, para ibu diberikan pertanyaan melalui wawancara terkait dampak perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring.Hasilnya, secara umum perilaku sosial emosional anak selama pembelajaran daring, anak cenderung kurang bersikap kooperatif karena anak jarang bermain bersama, kurangnya sikap toleransi, kurangnya bersosialisasi dengan teman terbatasi adanya belajar di rumah, anak terkadang merasa bosan dan sedih, anak merasa rindu teman dan guru serta anak juga tercatat mengalami kekerasan verbal karena proses belajar yang tidak lazim.

Akademisi dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom, pembelajaran tatap muka dengan daring memang berbeda secara psikologis, apalagi pada anak-anak dan remaja."Dalam pembelajaran tatap muka, ada sentuhan rasa yang bisa disampaikan secara langsung oleh guru kepada murid, tapi tidak pada pembelajaran daring," katanya

 

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement