Kamis 02 Sep 2021 01:53 WIB

IDAI Lampung: Ada Kesan Euforia Soal Pembelajaran Tatap Muka

IDAI Lampung mengingatkan sejumlah persiapan sebelum pembelajaran tatap muka.

Sejumlah daerah sudah mulai memberlakukan pembelajaran secara tatap muka (PTM). IDAI Lampung mengingatkan persyaratan pembukaan sekolah.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Sejumlah daerah sudah mulai memberlakukan pembelajaran secara tatap muka (PTM). IDAI Lampung mengingatkan persyaratan pembukaan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Lampung Murdoyo Rahmanoeada menangkap ada kesan euforia mengenai pembukaan sekolah. Itu karena angka kasus positif menurun, positivity rate-nya rendah, dan cakupan vaksinasi yang semakin membaik.

"Hati-hati, pandemi Covid-19 belum berakhir, jangan sampai kita lengah," kata dia.

Baca Juga

Meski mendukung pembukaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi siswa di Lampung, Murdoyo mengingatkan rencana tersebut dilakukan dengan hati-hati dan bertahap. Hal itu penting untuk mencegah adanya penularan Covid-19.

"Untuk pelaksanaan PTM harus dilakukan dengan hati-hati, karena bila tidak akan berisiko bagi kesehatan anak," ujar Murdoyo saat dihubungi di Bandarlampung, Rabu.

Sebelum melaksanakan PTM terbatas, menurut Murdoyo, tenaga kesehatan perlu dilibatkan guna memberikan penyuluhan untuk siswa dan guru akan pentingnya protokol kesehatan (prokes) dan melakukan vaksinasi. Selain itu, pemerintah perlu melibatkan tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan yang berada di sekitar sekolah guna melakukan pemantauan dan mengantisipasi adanya kasus Covid-19.

"Jujur saya senang dengan rencana PTM terbatas ini, tapi di sisi lain kita tidak boleh lengah. Belajar tatap muka di masa pandemi yang kita takutkan adanya jatuh korban," katanya.

Murdoyo mengatakan, ada sejumlah rekomendasi yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan sekolah tatap muka demi menjaga kesehatan para siswa. IDAI telah merekomendasikan bila daerah akan melakukan pembelajaran tatap muka maka positivity rate di daerah tersebut harus kurang dari delapan persen.

"Bila persentase lebih dari itu kemungkinan akan berisiko tinggi bagi anak," katanya.

Murdoyo menjelaskan, cakupan vaksinasi bagi siswa dan tenaga pendidik pun menjadi perhatian sebelum PTM dilaksanakan. Sebab, yang divaksinasi baru anak di atas 12 tahun dan itu pun belum semua di vaksin.

"Lalu, vaksinasi gurunya pun belum lengkap," ucapnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement