Ahad 29 Aug 2021 19:23 WIB

Erick Minta BUMN Bantu Petani Makin Makmur  

Erick menyatakan BUMN mendukung sektor pertanian

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nashih Nashrullah
Menteri BUMN Erick Thohir (keempat kiri) berdialog dengan petani saat melakukan kunjungan ke area persawahan di Subang, Jawa Barat, Sabtu (28/8). Dalam kunjungannya tersebut, Menteri BUMN meluncurkan Program Makmur dari Pupuk Indonesia untuk petani.
Foto: Dok. KemenBUMN
Menteri BUMN Erick Thohir (keempat kiri) berdialog dengan petani saat melakukan kunjungan ke area persawahan di Subang, Jawa Barat, Sabtu (28/8). Dalam kunjungannya tersebut, Menteri BUMN meluncurkan Program Makmur dari Pupuk Indonesia untuk petani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keinginan membesarkan perekonomian petani, sekaligus menjadikan mereka makmur butuh kehadiran aktif pemerintah dan perusahaan BUMN yang bergerak di industri pangan. 

Salah satunya, petani perlu pendampingan intensif dan solusi budi daya pertanian berkelanjutan, terutama yang terkait nutrisi tanaman, rantai pasok, dan dukungan teknologi sehingga ekonomi mereka benar-benar meningkat. 

Baca Juga

Itulah penekanan yang disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir ketika secara resmi meluncurkan Program Makmur saat kunjungan kerja di Subang, Jawa Barat, Sabtu (28/8). Program Makmur yang sebelumnya bernama Agrosolution ini merupakan solusi pertanian yang menjadi inisiatif PT Pupuk Indonesia (Persero). 

"Ada pengakuan dari para petani dan pemilik lahan, bahwa perusahaan BUMN mampu membuat petani di desa ini naik kelas. Saya hargai hal itu. Mereka mendapat bimbingan, mulai dari pupuk dan pengolahan sawah sehingga mampu menaikkan produktivitas dan keuntungan petani. Saya optimistis, jika para petani kita terus didampingi, difasilitasi, dan didukung ilmu pengetahuan serta teknologi nutrisi pertanian modern, maka petani kita makin makmur," ujar Erick.

Dia menambahkan, diperlukan pendekatan holistik untuk mencari solusi pertanian demi meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani Indonesia. Hal itu dikarenakan jumlah areal persawahan di Indonesia meningkat dalan satu terakhir, namun hasil panennya mengalami penurunan. 

Menurut BPS, pada 2021 total luas lahan pertanian mencapai 25,1 juta hektare, naik dari tahun sebelumnya 24,1 juta hektare. Namun, jumlah lahan panen menurun dari 10,68 juta hektare pada 2020, menjadi 10,66 juta hektare pada tahun ini. 

"Program Makmur ini harus memberikan banyak manfaat seperti kenaikan produktivitas pertanian sehingga petani lebih untung, praktek pertanian unggul, dan penggunaan pupuk nonsubsidi untuk membantu kebutuhan mereka.Kita tidak bisa melepas mereka jalan sendiri, sementara kita mengharapkan hasil panen tinggi. Mereka harus ditemani dan dikawal dengan teknologi, sehingga hasil panennya lebih baik dan pendapatannya bisa meningkat," ucap Erick. 

Menurut PT Pupuk Indonesia, Program Makmur ini terdiri atas berbagai aspek. Mulai dari pengelolaan budidaya tanaman berkelanjutan, informasi dan pendampingan budidaya pertanian, digital farming dan mekanisme pertanian. Selanjutnya ada juga akses permodalan dan perlindungan risiko pertanian serta adanya offtaker atau jaminan pasar bagi petani. 

Program ini juga telah terbukti mampu meningkatkan produktivitas pada komoditas jagung dan padi yang masing-masing sebesar hingga 42 persen dan 34 persen. Begitu juga dari sisi keuntungan petani terjadi adanya kenaikan yaitu untuk petani jagung sebesar hingga 52 persen dan petani padi sebesar hingga 41 persen. 

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia, Bakir Pasaman, mengatakan dengan meningkatnya keuntungan, daya beli juga meningkat sehingga petani memiliki kemampuan membeli pupuk nonsubsidi. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan program ini yaitu bagaimana  pemanfaatan pupuk non subsidi untuk produktivitas pertanian. 

"Hingga Juli 2021, tercatat luas tanam program Makmur sudah mencapai 29.619 hektare dengan akuisisi petani tercatat 25.775 orang," ucap Bakir. 

Kata Bakir, Pupuk Indonesia menargetkan total luasan tanam program Makmur seluas 250 ribu hektare dengan penjualan pupuk non subsidi mencapai 125 ribu ton pada 2022. Kenaikan bertahap ini diharapkan terus berjalan sehingga pada 2024 bisa dicapai 4 juta hektare dengan target jumlah petani yang terlibat juga mencapai 4 juta orang.    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement