Sabtu 28 Aug 2021 06:28 WIB

Arab Saudi: Hormatilah Kehendak Rakyat Afghanistan

Arab Saudi dan OKI akan membahas situasi di Afghanistan bersama Taliban

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
Keluarga dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melalui terminal sebelum naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Kamis, 26 Agustus 2021.
Foto: AP/Jose Luis Magana/FR159526 AP
Keluarga dievakuasi dari Kabul, Afghanistan, berjalan melalui terminal sebelum naik bus setelah mereka tiba di Bandara Internasional Washington Dulles, di Chantilly, Va, pada Kamis, 26 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Tetap Arab Saudi untuk PBB Abdullah bin Yahya al-Mouallimi menyerukan komunitas internasional untuk menghormati kehendak rakyat Afghanistan. Menurutnya, hal itu penting dilakukan guna mencegah berkembangnya terorisme di negara tersebut.“Kami menyerukan untuk menghilangkan alasan dan lingkungan yang mendorong terorisme yang seringkali disebabkan oleh pengucilan, marginalisasi sosial dan pendudukan politik,” kata al-Mouallimi dalam wawancara dengan Al Arabiya pada Jumat (27/8).

Dia menekankan, penting untuk menghormati pilihan rakyat Afghanistan serta berdiri bersama bangsa dan bukan kelompok atau pemerintah tertentu. “Sudah waktunya bagi bangsa Afghanistan bekerja menuju persatuan dan masa depan dengan harapan,” ucapnya.

Al-Mouallimi mengatakan, negaranya mengikuti perkembangan situasi di Afghanistan melalui saluran diplomatik. Saudi, ujar dia, ingin meningkatkan perdamaian dan stabilitas di negara tersebut.

Menurut al-Mouallimi, Saudi dan Organisasi Kerja Sama Islam  (OKI) akan mengirim delegasi untuk membahas situasi di Afghanistan dengan Taliban, termasuk tokoh-tokoh berpengaruh di sana. Dia menilai, itu merupakan cara terbaik untuk memberikan bantuan kepada Afghanistan.

Pernyataan al-Mouallimi muncul sehari setelah serangan bom di bandara Kabul. Setidaknya 95 orang dilaporkan tewas dalam insiden tersebut. ISIS mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa itu.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan pada 15 Agustus lalu, ribuan warga berbondong-bondong mengunjungi bandara Kabul. Mereka berharap dapat dievakuasi oleh negara-negara asing karena enggan harus hidup di bawah kekuasaan Taliban.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement