Jumat 27 Aug 2021 17:18 WIB

Childfree Ramai di Mesos, Apa Itu?

'Childfree' kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Nora Azizah
'Childfree' kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial.
Foto: www.freepik.com
'Childfree' kini tengah ramai diperbincangkan di media sosial.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sosiolog Universitas Airlangga (Unair), Prof. Bagong Suryanto menanggapi ramainya fenomena childfree yang tengah menjadi perbincangan hangat di media sosial akhir-akhir ini. Childfree didefinisikan sebagai keputusan seseorang atau pasangan yang memilih untuk tidak memiliki anak.

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, keputusan tersebut dianggap cukup mengejutkan sehingga menuai pro dan kontra. Bagong mengatakan, munculnya perempuan yang memilih tidak punya anak, adalah perkembangan baru. Menurutnya hal tersebut sah-sah saja.

Baca Juga

"Sah-sah saja dilakukan. Hanya saja pada titik tertentu nantinya, saya yakin kerinduan untuk punya anak akan muncul,” ujar Bagong di Surabaya, Jumat (27/8).

Bagong menjelaskan, secara sosial status dan eksistensi perempuan pada zaman dulu dilihat dari seberapa banyak dia bisa melahirkan anak. Akan tetapi, indikator tersebut saat ini sudah mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. 

"Kesuksesan perempuan kini sudah tidak lagi diukur dari ranah domestik, melainkan berdasar sektor publik seperti karier, prestasi, dan indikator baru lainnya," ujar Bagong.

Pilihan untuk memiliki anak atau tidak, lanjut Bagong, merupakan suatu kebebasan yang sifatnya personal. Meski begitu, dosen yang lahir di Nganjuk itu menyebut childfree selayaknya tidak hanya menjadi keputusan mutlak dari perempuan, tetapi juga keputusan pasangan sebagai sebuah keluarga.

Ia mengatakan, childfree sebenarnya bukanlah hal baru di luar negeri. Namun, istilah tersebut justru memunculkan banyak perdebatan yang cenderung pada stigma negatif di Indonesia.

Perbedaan respons tersebut, kata Bagong, dikarenakan adanya perbedaan masyarakat dalam menghormati hak.bMasyarakat luar negeri, kata dia, sangat menghormati hak privat dan otonomi individu. Sementara, di Indonesia, masyarakat dianggapnya lebih menghargai hak kelompok.

“Saya yakin childfree adalah sikap sebagian kecil perempuan. Sebagai hak pribadi, boleh-boleh saja mereka memilih seperti itu dan masyarakat tidak perlu merespons secara serius,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement