Jumat 27 Aug 2021 05:52 WIB

Warisan Sekolah Alam dari Lendo Novo

Semakin menjamurnya sekolah alam maka semakin banyak anak yang mengenal lingkungan

Lendo Novo
Foto: Facebook
Lendo Novo

Oleh : Takdir Alim Syah. Alimsyah adalah salah satu guru di Sekolah Alam Indonesia yang masih belajar menulis. Menyelesaikan studi S1 di Fakultas Kesehatan Masyarakat di Universitas Indonesia. Kini menetap di Depok dengan seorang istri dan dikaruniai seorang anak yang cantik.

“Apabila setiap siswa sekolah menengah di Indonesia melakukan tradisi riset pengolahan limbah/sampah, mungkin akan lahir ribuan bisnis baru yg ramah lingkungan dan semua pengetahuan yg didapat disekolah langsung diaplikasikan kedalam kehidupan sehari-hari.” Lendo Novo

REPUBLIKA.CO.ID,Sekitar 22 tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 1998, seorang laki-laki lulusan kampus ITB merealisasikan pemikirannya dalam sebuah karya. Beliau prihatin akan biaya pendidikan yang semakin tidak terjangkau oleh masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki kemampuan ekonomi yang sama untuk mengenyam dunia pendidikan yang berkualitas. Akhirnya dibangunlah sekolah alam. Pria itu adalah Lendo Novo.

Paradigma umum dalam dunia pendidikan adalah sekolah berkualitas selalu mahal. Hal yang membuat biaya yang mahal adalah dari infrastruktur sekolah: bangunan, kolam, dan fasilitas ruang. Namun, yang membuat sekolah berkualitas bukan hanya dari infrastruktur yang bagus. Melainkan dari kualitas guru, metode belajar yang tepat, dan buku sebagai gerbang ilmu pengetahuan.  Ketiga variabel yang menjadi kualitas pendidikan ini sebetulnya sangat murah, asalkan ada guru yang mempunyai idealisme tinggi. Dari situ Lendo mencoba mengembangkan konsep-konsep sekolah alam. (www.wikipedia.com)

Saat ini mungkin sekolah berbasis alam sudah banyak kita temukan. Berdasarkan data dari Jaringan Sekolah Alam Nusantara, sekolah alam yang bergabung dalam Jaringan Sekolah Alam Nusantara saja tidak kurang dari 146 sekolah. Pastinya jumlahnya jauh lebih banyak yang belum tercatat dan bergabung dalam jaringan tersebut. Lalu, bagaimana 22 tahun yang lalu saat konsep sekolah alam direalisasikan dalam bentuk sekolah?

Berdasarkan dari catatan Bu Chache, Co-Founder Sekolah Alam, untuk mengajar di sekolah alam utamanya ada dua hal. Bekal kecintaan kepada anak dan semangat untuk membangun anak yang berkualitas. Catatan itu ditemukan dalam sebuah buku Menemukan Sekolah yang Membebaskan, Kawan Pustaka, 2005.

Saat itu, sekolah alam pertama kali membuka diri. Delapan siswa dengan sebaran lima siswa level taman kanak-kanak dan tiga siswa level sekolah dasar. Delapan siswa ini didampingi oleh tiga guru TK, dua guru SD, dan satu guru Alquran. Jumlah yang sangat tidak realistis untuk pelaksanaan sebuah lembaga pendidikan. 

Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Bang Lendo, panggilan sayang untuk Beliau. Akhirnya, saat ini konsep sekolah alam sudah diterima oleh masyarakat luas. Berdasarkan kutipan wawancara Bapak Wimar Witoelar kepada Bang Lendo, lebih dari 1.000 sekolah alam di Indonesia dan 50-an diantaranya ada di Jabodetabek. (www.perspektifbaru.com

“…kita tidak perlu berlomba membuat mobil super atau membuat istana dan hidup dengan bermewah-mewah, kita cukup hidup ramah lingkungan dan memberi oksigen untuk dunia, maka kita akan tetap menjadi bangsa yang mulia.” (https://web.facebook.com/lendo.novo)

Sejak awal konsep sekolah alam ini muncul, Bang Lendo ingin memadukan antara pendidikan dengan alam. Karena alam adalah tempat terbaik untuk mendapatkan pembelajaran bagi kita semua. Kejadian-kejadian yang ada di alam adalah sumber ilmu pengetahuan utama bagi keberlangsungan makhluk hidup, khususnya manusia. Siklus yang ada di alam itu terbentuk dibawah kendali Sang Pencipta. Selain itu, alam juga dapat menjadi pengalaman bagi kita agar menjadi pribadi yang tangguh. 

Setiap pelajar yang terbentuk dari lembaga pendidikan, menurut kutipan Bang Lendo di atas, bukan hanya untuk membuat mobil super saja. Bukan hanya materi yang dikejar. Seorang pelajar yang belajar dari alam seharusnya memiliki koneksi yang sangat erat dengan alam dan lingkungannya. Produk yang dihasilkan oleh setiap pelajar akan mendukung keberlangsungan kehidupan alam semesta. Dari situlah kemuliaan itu akan datang.

Tujuan didirikannya sekolah alam adalah mengenalkan anak kepada lingkungan sekitarnya lewat eksplorasi langsung. Mereka juga ditekankan untuk menghargai perbedaan dan memandang keberagaman sebagai sesuatu yang perlu dipelihara (www.sehatq.com). Berharap dengan menjamurnya sekolah alam, maka akan semakin banyak anak-anak bangsa yang mengenal lingkungannya. Semakin banyak pula generasi penerus negeri ini yang mampu menghargai perbedaan. Sehingga Indonesia menjadi negara yang maju dan bernilai mulia di mata dunia.

Kini, Bang Lendo sudah tiada. Kepergian Bang Lendo yang tidak diduga-duga membuat banyak orang terhentak. Bukan hanya komunitas-komunitas sekolah alam saja. Bahkan Gubernur DKI Jakarta, Pak Anis Baswedan, juga mengucapkan ucapan duka cita di laman media sosialnya. 

 

Selamat jalan Bang Lendo, tongkat estafet saat ini berada di tangan kami. Istirahatlah dengan tenang di sana. Semoga konsep sekolah alam jadi amal jariah yang terus mengalir untukmu.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement