Selasa 24 Aug 2021 11:09 WIB

Serangan Israel ke Gaza Lukai 41 Warga Palestina

Dua warga Palestina dilaporkan kritis akibat serangan rudal Israel

Rep: Lintar Satria / Red: Nur Aini
Pemuda Palestina berjalan di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah terkena serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel Mei lalu, di Kamp Pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Senin, 12 Juli 2021.
Foto: AP/Adel Hana
Pemuda Palestina berjalan di antara puing-puing bangunan yang runtuh setelah terkena serangan udara selama perang 11 hari antara penguasa Hamas Gaza dan Israel Mei lalu, di Kamp Pengungsi Maghazi, Jalur Gaza tengah, Senin, 12 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Media Palestina melaporkan Israel serangan Gaza pada Senin (23/8) malam. Serangan itu dilakukan setelah sejumlah balon berbahan peledak diluncurkan dari wilayah yang dikepung tersebut.

Quds News Network melaporkan pasukan Israel menembakkan setidaknya tiga rudal ke Khan Younis, di selatan Jalur Gaza. Israel juga menembak lahan pertanian kosong di Kota al-Zaytoun, Gaza.

Baca Juga

Pada Selasa (24/8), Middle East Eye melaporkan Ahad (22/8) malam dilaporkan sejumlah balon berbahan peledak diluncurkan dari Gaza ke arah Israel. Muncul laporan terdengar suara tembakan walaupun belum diketahui apakah balon-balon itu menimbulkan kebakaran atau tidak.

Dalam pernyataannya, pemadam kebakaran mengatakan mereka sedang berusaha memadamkan api di daerah perbatasan Eshkol. Serangan itu terjadi beberapa hari setelah pasukan Israel menembak dan melukai lebih dari dua lusin orang Palestina yang sedang memperingati 52 tahun serangan Masjid al-Aqsa tahun 1969.  

Pada Sabtu (21/8) lalu, Kementerian Kesehatan Palestina yang bermarkas di Gaza mengatakan insiden itu melukai setidaknya 41 orang warga Palestina. Mereka termasuk dua orang yang dalam keadaan kritis.

Satu orang diidentifikasi seorang anak laki-laki berusia 13 tahun yang tertembak di kepalanya. Sabtu malam Israel menggelar serangan ke Jalur Gaza, mereka mengaku serangan itu mengincar Hamas.

Faksi Palestina di Gaza berencana menggelar unjuk rasa besar-besaran di selatan Jalur Gaza dekat perbatasan dengan Israel. Sejak Hamas memenangkan pemilihan legislatif tahun 2006 dan mengambil alih jalur tersebut sampai sekarang Israel dan Mesir masih memblokade Jalur Gaza.  

Barang dan orang tidak bisa keluar masuk dari Gaza dengan bebas. Beberapa bulan terakhir pergerakan dua juta warga Palestina yang tinggal di Gaza semakin dibatasi. Israel memperketat masuknya barang-barang ke jalur tersebut.

Israel melarang impor material dan peralatan masuk ke Gaza dan memberlakukan larangan ketat pada ekspor. Blokade itu mendorong sejumlah sektor ekonomi Gaza mengalami 'kelumpuhan'.

Pemerintah Israel mengatakan mekanisme bantuan masuk ke Gaza harus dijamin tidak diterima Gaza. Pekan lalu Israel memutuskan menyita 23 ton batang coklat yang dikirim untuk Gaza dengan alasan serupa.

Israel mengatakan penjualan coklat itu akan digunakan untuk mendanai operasi militer Hamas. Pernyataan itu menimbulkan cemoohan dan kritik di media sosial.

Pada Rabu (18/8) lalu, lebih dari 50 anggota House of Representative dari Partai Demokrat Amerika Serikat (AS) mengirimkan surat ke Presiden Joe Biden. Mereka meminta pemerintah AS mendorong Israel dan Mesir membuka perbatasan mereka ke Gaza. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement