Jumat 20 Aug 2021 23:38 WIB

Pakar: Evakuasi WNI di Afghanistan Sudah Dikaji Matang

Ada kekhawatiran akan kondisi yang tak pasti di Afghanistan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
FILE - Dalam arsip foto Selasa 17 Agustus 2021 ini ratusan orang berkumpul di luar bandara internasional di Kabul, Afghanistan. Ratusan warga negara Barat dan pekerja Afghanistan telah diterbangkan ke tempat yang aman sejak Taliban menegaskan kembali kendali atas negara itu.
Foto: AP/AP
FILE - Dalam arsip foto Selasa 17 Agustus 2021 ini ratusan orang berkumpul di luar bandara internasional di Kabul, Afghanistan. Ratusan warga negara Barat dan pekerja Afghanistan telah diterbangkan ke tempat yang aman sejak Taliban menegaskan kembali kendali atas negara itu.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA  -- Pengajar hubungan internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah menilai penarikan staf kedutaan besar (KBRI) di Kabul, Afghanistan, hanya sementara. Mereka nantinya akan kembali ke Afghanistan sampai pemerintahan di negara tersebut terkendali dan diakui secara internasional.

"Evakuasi dibuat berdasarkan pemikiran yang matang melihat kondisi krisis di sana. Ini hanya sementara karena setelah pulih keadaannya kita balik dan juga pastinya setelah ada kepastian hukum siapa yang berkuasa di sana," ujar Rezasyah kepada Republika.co.id, Jumat (20/8).

Baca Juga

Rezasyah mengatakan, penarikan staff KBRI dan WNI dari Kabul didasarkan pula pada kekhawatiran keluarga tentang kondisi yang sangat tidak pasti setelah Taliban mengambil alih kekuasaan. Anggota keluarga khawatir dengan keluarganya yang mengalami ketidak tenangan dalam bekerja di Afghanistan, sebab harus diakui pemerintahan belum stabil dan masih transisi.

Dalam hal tersebut, tutur dia, banyak hal bisa saja terjadi. Hal yang tidak diinginkan seperti transisi yang berjalan tidak mulus, dan dikhawatirkan masih adanya konflik horizontal.

Rezasyah yakin bahwa pemerintah Indonesia membuat keputusan yang tepat dalam mengevakuasi WNI dan staff KBRI di Kabul dan sudah berkonsultasi dengan aparatur yang ada di sana termasuk dengan Taliban. Dia menilai bahwa banyak negara yang menarik perwakilannya dari Kabul yang juga turut menyulitkan Taliban sendiri.

"Penarikan banyak perwakilan negara asing mengurangi kredibilitas Taliban terhadap asing, karena kan sementara ini yang baru mengakui Taliban China dan Rusia karena mereka adalah negara yang berbatasan langsung dan kekhawatirannya jelas," ujarnya.

Menurutnya, Indonesia bukan negara yang bermasalah dengan Taliban sehingga justru penarikan ini merupakan hal positif bagi Afghanistan. Kendati demikian, meski kedutaan tutup, tanggung jawab Indonesia untuk Afghanistan dapat ditanggung oleh KBRI terdekat, yang dalam hal ini dekat dengan Pakistan.

"Itu tergantung keputusan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, atau bisa saja Menlu Retno langsung mengomentari dari Jakarta. Ini tidak akan menimbulkan kecanggungan, sebab Indonesia bukan negara yang bermasalah bagi mereka, dan bisa diminta jasa baiknya," tutur Rezasyah.

Soal pengakuan Indonesia terhadap Taliban, Rezasyah menilai Indonesia tidak perlu tergesa-gesa, namun tetap teguh dan mantap pendiriannya. Indonesia sebagai bangsa harus bijaksana memikirkan masa depan hubungan kedua negara. "Bahwa kita berhubungan bukan hanya dengan pemerintahannya, namun juga dengan rakyat umumnya, dan kita juga harus memperhitungkan antisipasi." tuturnya.

Pemerintah Indonesia telah mengevakuasi WNI dan KBRI dari Kabul, Jumat (20/8). Menlu Retno mengatakan, pesawat TNI AU saat ini sudah berada di Islamabad untuk melanjutkan penerbangan ke Indonesia.

Retno menambahkan, tim evakuasi membawa 26 WNI termasuk staff KBRI, 5 Warga Negara Filipina, dan 2 Warga Negara Afghanistan. Mereka di antara suami dari WNI dan staf lokal KBRI.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement