Rabu 18 Aug 2021 21:02 WIB

Agar Bisnis Merdeka dari Toxic People

Pembisnis tak hanya dikelilingi pendukung, tapi juga haters dan dream stealler.

Siti Nurbadriyah, S.Si, Owner Salon Muslimah Farras Ayu
Foto: Dok Pribadi
Siti Nurbadriyah, S.Si, Owner Salon Muslimah Farras Ayu

REPUBLIKA.CO.ID, Pagi-pagi hati dibuat bergemuruh alias masygul. Bagaimana tidak? seorang pegawai baru, baru dua bulan bikin ulah. Datang setiap hari terlambat. Terlambatnya gak tanggung-tanggung, kadang sampai 1,5 jam. Dipotong gaji ga bikin dia jera. Acak-acak jam kerja seenaknya. Ditegur gak merasa bersalah. Sedikit-dikit mengancam untuk keluar, karena dia tahu tenaganya saat ini dibutuhkan.

Saya jadi ingin berbagi, sharing bagaimana mengatasi pegawai seperti ini. Selalu ada alasan untuk membela diri. Ada juga yang bersikap manis di depan kita, tapi diam-diam jadi provokator ulung di belakang kita.

Saya ingin teman-teman para pebisnis merdeka! Terbebas dari intimidasi orang lain, terbebas dari tirani, dan bisnis Anda terbebas dari toxic people. Jangan sampai mereka mengacaukan pikiran kita, sehingga kita kurang fokus dengan target bisnis kita. Dan yang parah, jangan sampai mereka menggerogoti semangat kita untuk membangun imperium bisnis dan membangun istana keberkahan untuk kita.

Kita harus tegas untuk menyelamatkan yang lain, ada tugas mulia yang lebih besar yang menantang, karena balasannya surga. Meski ketegasan kita dibilang sadis!

1. Bebaskan diri dari tirani orang lain

Jangan biarkan toxic people menjajah perasaan kita. Jangan biarkan diri ini stress menghadapi karyawan. Bisnis harus dihadapi dengan fun dan happy. Agar banyak ide, bersinar, bertahan, berkembang dan bertumbuh.

Kalo mereka berulah, ambil pelajaran dari ulah mereka. Apa yang harus kita lakukan, dan sempurnakan peraturan yang ada di organisasi bisnis kita. Inilah yang saya lakukan di tahun-tahun pertama memulai bisnis.

Masalah harus membuat kita makin cerdas dan kuat. Itulah mengapa saya katakan, bahwa masalah adalah petunjuk dari Allah tentang apa yang sebaiknya saya lakukan.

Justru karena masalah yang datang, saya belajar tegas, belajar kuat, belajar marah pada tempatnya dan peraturan organisasi bisnis makin lengkap. Setelah peraturan perusahaan makin lengkap, saya jadikan landasan untuk mengambil sikap dan keputusan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement