Rabu 18 Aug 2021 08:20 WIB

Islam Agama yang Menjadikan Pribadi Merdeka

Islam didakwahkan bukan dengan paksaan.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Muhammad Hafil
 Islam Agama yang Menjadikan Pribadi Merdeka. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.
Foto: Anadolu Agency
Islam Agama yang Menjadikan Pribadi Merdeka. Foto: Ilustrasi: Masjid tempat ibadah umat Muslim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pimpinan Majelis Talim dan Zikir Baitul Muhibin Habib Abdurrahman Asad AlHabsyi Islam adalah agama yang menjadikan hambanya pribadi yang merdeka. Surah Al-Baqarah ayat 256 membahas mengenai kemerdekaan.

"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)"

Baca Juga

Artinya Islam ketika didakwahkan tidak berbasis paksaan, melainkan dengan akhlak karimah (akhlak mulia). Berakhlak mulia dalam jabatan agama Islam telah dilakukan Rasulullah SAW dan untuk itu kita sebagai umat patut mencontohnya.

Habib Abdurrahman menegaskan, merdeka bukan berarti bebas tanpa batas. Kemerdekaan sesungguhnya manakala seseorang terbebas dari noda yang merusak akidah, syari’ah dan akhlak.

"Orang yang bebas tanpa batas tanpa memperdulikan ketiganya menurut Islam bukanlah merdeka, justru mereka sudah terjajah oleh nafsu dan tipu daya syaitan," katanya.

Hal itu sebagaimana yang dijelaskan dalam pembukaan UUD 1945, bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa ini adalah Atas Rahmat Allah dan dorongan keinginan luhur (ikhlas) para pejuangnya. Maka marilah saudaraku kita isi kemerdekaan negeri kita tercinta ini yang ke-76 dengan nilai relegius yakni "Mensyukuri Rahmat Ilahi dan Ikhlas dalam beramal dan berkarya".

InsyaaAllah negeri kita akan menuju Berkah,  Aman,  Damai dan Sentosa.

رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا

"Duhai Tuhanku,  Jadikanlah negeri ini Aman Sentosa"_ (QS. Ibrahim: 35)

Sementara itu Buya Hamka dalam menafsirkan Albaqarah ayat 256 yang artinya. "Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)"

Bahwa sesungguhnya ayat ini suatu tantangan kepada manusia, karena Islamadalah benar. Orang tidak akan dipaksa memeluknya, tetapiorang hanya diajak buat berfikir.

"Asal dia berfikir sihat, dia pastiakan sampai kepada Islam. Tetapi kalau ada paksaan, mestilah timbul perkosaan fikiran, dan mestilah timbultaqlid," tulis Buya Hamka dalam tafsirnya Al-Azhar.

Buya Hamka menegaskan, manusia sebagai orang seorang akan datang dan akan pergi, akan lahir dan akan mati. Tetapi pikiran manusia akan berjalan terus. Penilaian manusia atas agama akan dilanjutkan dan kebebasan berpikir dalam memilih keyakinanadalah meniadi tujuan dari manusia yang telah maju.

"Ayat ini adalah dasar teguh dari Islam," katanya.

Musuh-musuh Islam membuat berbagai fitnah yang dikatakan ilmioh sifatnya bahwa Islam dimajukan dengan pedang. Islam dituduh memaksa orang memeluk agamanya. "pengetahuan"seperti ini pun kadang-kadang dipaksakan supaya diterima orang, terutama di masa-masa negeri-negeri Islam dalam penjajahan. orang dipaksa menerima teori itu dan orang tidak diberi kesempatan membanding.

"Ayat inilah, (al-Baqarah 256) yaitu Islam menjelaskan bahwa dalam hal agama tidak boleh ada paksaan," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement