Senin 16 Aug 2021 05:57 WIB

Dosen UMM Temukan Banyak Keunikan Saat Kuliah di India

Dosen UMM Mohammad Agoes Aufiya membuat konten tentang India do Youtube.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- India memiliki beragam hal unik yang tersembunyi mulai dari film ikonik, rempah-rempah yang khas, hingga keunggulan di bidang teknologi dan transportasi. Menariknya, semua hal itu telah diulas dengan apik oleh salah satu dosen Univesitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui kanal YouTubenya yang memiliki lebih dari 499.000 subscriber. 

Adalah Mohammad Agoes Aufiya yang kini tengah menempuh studi doktoralnya di India. Dosen Prodi Hubungan Internasional ini mengungkapkan, terdapat berbagai alasan mengapa ia membuat konten tentang India. Terlepas karena dia memang studi di negara Bollywood itu,  India juga memiliki keunikan yang menarik. 

 

Menurut Agoes, terdapat banyak kontradiksi di India seperti masih ada yang menggunakan sapi sebagai penarik kendaraan. Padahal saat ini sudah ada kendaraan canggih MRT di ibukota New Delhi. 

 

Di samping itu, ada beberapa orang yang dikenal sebagai orang terkaya di Asia. Namun juga ada banyak masyarakat yang hidupnya pas-pasan bahkan miskin. "Keadaan yang bertolak belakang inilah yang menjadikan negara Bollywood ini menarik dan unik,” kata Agoes.

 

 

 

Agoes yang kini menempuh pendidikan di Jawaharlal Nerhu University mengatakan, bahasa, budaya dan sistem pemerintah juga bisa menjadi bahan yang asyik untuk diceritakan. Ia memberi contoh beberapa kata yang tidak perlu diucapkan ketika berkomunikasi. Cukup hanya dengan gestur kepala khas India. Begitupun ucapan terima kasih yang seringkali disampaikan menggunakan gestur khas tersendiri.

 

Saat pertama kali di India, Agoes mengaku, heran saat seseorang mengucapkan terima kasih. Mereka malah memberikan gerakan menggeleng kepala dibandingkan mengucapkan terima kasih. "Hingga  beberapa minggu kemudian, saya paham gerakan-gerakan tersebut yang bermakna terima kasih,” ungkapnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id, Sabtu (14/8).

 

Selain bahasa, hal unik lain yang bisa ditemui yakni sistem kasta yang sudah ada sejak ratusan tahun lamanya. Deretan kasta yang ada terdiri atas Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan di luar kasta namanya Dalit. 

 

Menurut Agoes, sistem kasta ini susah dihilangkan dalam budaya India. Hal ini karena pernikahanan di negeri tersebut hampir 90 persen adalah dijodohkan. Perjodohan ini termasuk tradisi untuk menjaga harkat dan martabat dari keluarga agar sesuai dengan kastanya. 

 

Agoes tak menampik, diskriminasi masih tetap ada di India. Namun diskriminasi kasta secara negatif sudah dilarang oleh pemerintah setempat. Sementara diskrimasi positif memberikan porsi kepada kasta rendah untuk tetap belajar di universitas. Bahkan juga diberi porsi untuk bekerja sebagai pegawai negeri meskipun kecil. 

 

Lebih lanjut, ia juga menerangkan situasi dan kondisi pandemi di India yang sempat mnejadi bahan perbincangan di dunia global. Dosen asal Kalimantan Selatan ini mengatakan bahwa penanggulangan Covid-19 sebenarnya cukup baik. Begitu pula dengan angka kematian yang berangsur menurun. 

 

India juga berhasil memproduksi vaksin untuk menanggulangi pandemi. Bahkan, menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di dunia. Faktor inilah yang membuat angka positif virus Corona melandai akhir-akhir ini.

 

Agoes kembali mengatakan, penanganan cepat yang dilakukan pemerintah juga menjadi hal menarik. Kini, kesehatan yang menjadi proritas pertama sedangkan ekonomi berada pada prioritas nomor dua. Masyakarat juga berhak mendapatkan bantuan, baik itu sandang dan pangan. 

 

“Usaha-usaha ini menjadi upaya pemerintah India untuk menekan angka Covid-19. Gerakan dan penanggulangan cepat ini juga bisa menjadi pelajaran bagi Indonesia dalam menangani Covid-19 agar bisa lebih baik lagi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement