Kamis 12 Aug 2021 20:47 WIB

MoT Lab SBM ITB Buat Program Magang Bantu Petani

Para mahasiswa yang ikut program magang bantu petani lewat promosi media sosial

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Management of Technology Labolatory, School of Business and Management (MoT Lab SBM-ITB) mengadakan program magang pertama bekerja sama dengan sebuah startup agro, yaitu BIOPS Agrotekno. Pada kegiatan magang ini, mahasiswa diberi kesempatan berkegiatan dan berinteraksi dengan masyarakat di lapangan.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB). Management of Technology Labolatory, School of Business and Management (MoT Lab SBM-ITB) mengadakan program magang pertama bekerja sama dengan sebuah startup agro, yaitu BIOPS Agrotekno. Pada kegiatan magang ini, mahasiswa diberi kesempatan berkegiatan dan berinteraksi dengan masyarakat di lapangan.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Management of Technology Labolatory, School of Business and Management (MoT Lab SBM-ITB) mengadakan program magang pertama bekerja sama dengan sebuah startup agro, yaitu BIOPS Agrotekno. Pada kegiatan magang ini, mahasiswa diberi kesempatan berkegiatan dan berinteraksi dengan masyarakat di lapangan.

Mahasiswa juga didorong mengidentifikasi masalah dan mencari solusi di tengah masyarakat. Program magang itu diikuti oleh empat mahasiswa MBA ITB dan berlangsung selama 2 bulan pada Juni hingga Juli 2021. 

Keempat mahasiswa tersebut yaitu Mohammad Iqbal Ibrahim, Muhammad Nabil Ulwan, Nisaul Hasanah, dan Yoel Iman. Menurut Yoel, bersama BIOPS Agrotekno, mahasiswa mengidentifikasi peluang pemanfaatan teknologi pertanian serta pengembangan bisnisnya di Bandung Utara dan Selatan. Teknologi yang digunakan yakni sistem penyiraman tanaman otomatis berbasis IoT yang dapat dikendalikan dengan telepon pintar. 

Yoel menjelaskan, melalui program ini mahasiswa juga membantu BIOPS dalam memahami karakter petani, jenis tanaman dan sistem pertanian di dua daerah tersebut. Selanjutnya, mahasiswa mencoba memahami masalah mereka terkait sistem pengairan dan melihat apakah produk BIOPS memang dapat menjadi solusi. 

Menurutnya, setelah memahami karakter petani, jenis tanaman, dan sistem pertanian dari kunjungan lapangan, para mahasiswa magang ini merekomendasikan strategi marketing produk BIOPS melalui pemanfaatan media sosial. 

“Magang ini difokuskan pada sisi marketing dengan mencari dan bertemu pemilik lahan perkebunan di sekitar kota Bandung dengan memanfaatkan media sosial kemudian setelah itu dilakukan kontak, membuat perjanjian untuk bertemu, dan kemudian melakukan olah data," ujar Yoel dalam siaran persnya, Kamis (12/8).

Yoel menilai, program magang ini menarik karena bisa bertemu banyak jenis orang baru dan juga mendapatkan wawasan seputar sektor pertanian/perkebunan saat ini. Temuan lapangan yang didapatkan mahasiswa disampaikan dalam diskusi dan rapat kemajuan setiap dua pekan. 

Diskusi ini dipandu oleh Dr.rer.pol. Eko Agus Prasetio dan Dedy Sushandoyo, PhD, sebagai pembimbing akademis. Manajemen dan personil BIOPS sebagai pembimbing lapangan juga terlibat dalam diskusi untuk memantau proses dan hasil magang.

Eko mengatakan, program magang dimulai dengan pendaftaran oleh mahasiswa ke MoT Lab. Kemudian, dilakukan pengenalan dan pengarahan magang. Setelah itu, dilakukan kunjungan lapangan yang terdiri atas observasi, wawancara, dan pengenalan produk. 

Setelah magang selesai, kata dia, mahasiswa diminta membuat laporan magang yang terdiri atas data yang berisikan keberjalanan proses magang dari awal sampai akhir, analisis, dan rekomendasi yang nantinya disampaikan ke ITB dan BIOPS. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement