Rabu 11 Aug 2021 15:58 WIB

Tes Keperawanan Dihapus, Begini Penjelasan KSAD

Calon Kowad harus siap agar tak terjadi insiden ketika melakukan latihan.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ilham Tirta
Ilustrasi penerimaan calon anggota TNI wanita.
Ilustrasi penerimaan calon anggota TNI wanita.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal Andika Perkasa menjelaskan, dihilangkannya tes keperawanan terhadap calon prajurit Korps Wanita AD (Kowad) merupakan bagian dari penyempurnaan proses rekrutmen. Menurut dia, hal-hal yang tidak berhubungan dengan kesehatan calon prajurit dalam pendidikan dan kinerja tak lagi diperlukan.

"Seperti yang tadi saya sebut, yang tidak ada lagi hubungannya sudah tidak perlu ada lagi," ungkap Andika dalam video yang diberikan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI AD, Brigjen Tatang Subarna kepada Republika.co.id, dikutip Rabu (11/8).

Dia menjelaskan, ada sejumlah perubahan dalam pelaksanaan tes kesehatan pada perekrutan calon prajurit TNI AD. Di antaranya mengenai pemeriksaan atau inspeksi vagina, serviks, dan selaput dara. Pemeriksaan terhadap vagina dan serviks tidak lagi ada, namun pemeriksaan genitalia luar dan dalam akan tetap dilakukan.

"Lalu hymen atau selaput dara. Tadinya juga merupakan satu penilaian, hymen-nya utuh, atau hymen rupturenya sebagian, atau hymen rupture yang sampai habis. Sekarang tidak ada lagi penilaian itu," kata Andika.

Andika menjelaskan, alasan penyempurnaan proses rekrutmen di bidang kesehatan itu dilakukan. Menurut dia, tujuan pertama, yakni menghindari terjadinya insiden yang dapat menghilangkan nyawa seorang calon prajurit ataupun prajurit. Para calon prajurit, kata dia, nantinya harus siap secara kesehatan agar tak terjadi insiden ketika melakukan latihan.

"Soalnya begitu dia diterima, kan langsung latihan dasar militer. Dan dia juga harus masuk ke dinas-dinas di Angkatan Darat dengan segala macam tugas. Jadi satu, kalau soal kesehatan, jangan sampai setiap calon ini kemudian kehilangan nyawanya gara-gara tadi, organ-organ pentingnya gagal," jelas dia.

Kemudian, tujuan berikutnya ialah untuk menghindari terjadinya penularan penyakit di antara para calon prajurit. Sebab, dalam latihan militer, kegiatan dilakukan secara bersama-sama oleh para calon prajurit. Dia mengatakan, jangan sampai di antara mereka ada yang memiliki penyakit menular.

"Kalau dia punya penyakit menular, dia tidak bisa. Karena apa? Nanti menularkan ke yang lain. Apalagi kalau penyakit menularnya serius," kata dia.

Melalui tes kesehatan juga dilakukan pengantisipasian terhadap adanya infeksi serius pada calon prajurit yang melakukan pendidikan militer. Sebab, dalam melakukan pendidikan militer dibutuhkan fisik yang kuat.

"Jangan sampai ada infeksi serius yang kemudian menyebabkan kegagalan organ pada saat latihan. Karena memang begitu latihan, kita akan berada pada posisi kondisi fisik yang bener-bener mepet," kata Andika.

KSAD pada bulan lalu mengatakan tes kesehatan bagi prajurit perempuan tidak akan berbeda dengan apa yang dilakukan pada tentara pria. "Pemeriksaan kesehatan terhadap calon prajurit untuk Kowad akan sama dengan tes kesehatan untuk prajurit TNI AD," kata Andika dalam kanal YouTube milik TNI.

Andika juga mengatakan, pemeriksaan kesehatan juga tidak akan dilakukan terhadap calon istri atau calon suami para prajurit. Dia menjelaskan, pemeriksaan kesehatan yang tidak relevan dalam pendaftaran prajurit tidak akan dilakukan lagi.

Berdasarkan laporan Human Rights Watch (HRW) yang dikeluarkan pekan lalu, TNI telah melaksanakan tes keperawanan terhadap calon prajurit perempuan selama berpuluh tahun. Staf HRW untuk Indonesia, Andreas Harsono, mengatakan, pemeriksa kesehatan akan memasukkan dua jari ke vagina untuk mengetahui apakah para calon prajurit masih perawan atau tidak.

Menurut Harsono, HRW memiliki hasil pemeriksaan dari dokter militer. Di sana terdapat bagian 'ginekologi dan kandungan' untuk menentukan hasil pemeriksaan selaput dara masih perawan atau tidak. Harsono menerangkan, pengumuman KSAD itu dapat berarti tes keperawanan tersebut akan dihentikan, paling tidak di TNI AD.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement