Jumat 06 Aug 2021 09:25 WIB

Ulama Syiah dan Sunni Irak Bertemu di Makkah Seru Persatuan

Sekitar 80 pemimpin agama dan ulama bertemu untuk menengahi perpecahan sektarian.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Teguh Firmansyah
Milisi yang loyal pada ulama Syiah, Muqtada Al-Sadr, berbaris di belakang bendera Irak di distrik Sadr City, Baghdad, Irak, Kamis, (26/5).
Foto: AP
Milisi yang loyal pada ulama Syiah, Muqtada Al-Sadr, berbaris di belakang bendera Irak di distrik Sadr City, Baghdad, Irak, Kamis, (26/5).

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Ulama Sunni dan Syiah dari Irak telah bertemu di Makkah, Arab Saudi, untuk mempromosikan persatuan dan koeksistensi antara dua kelompok utama Islam. Forum Cendekiawan Irak berkumpul sejak Rabu (4/8).

"Kami menyatakan ini sebelumnya dan akan terus melakukannya, tidak ada antara Sunni dan Syiah kecuali pemahaman persaudaraan, koeksistensi, kerja sama dan integrasi," kata Sekretaris Jenderal MWL, Dr Mohammed Al-Issa, dalam pidato pembukaan.

Baca Juga

Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Liga Muslim Dunia (MWL) yang berbasis di Makkah. Sekitar 80 pemimpin agama dan ulama terkemuka ambil bagian dalam upaya menjembatani perpecahan sektarian.

"Acara hari ini mewakili prinsip-prinsip Islam yang sebenarnya," ujar Al-Issa dikutip dari middleeastmonitor.

Al-Issa menyatakan, iman peserta yang hadir mengajarkan umat Islam untuk berjuang demi perdamaian dan rekonsiliasi. Islam, menurutnya memerintahkan untuk merangkul keragaman dan menghormati perbedaan satu sama lain.

"Ini memberitahu kita untuk hidup dalam koeksistensi dan harmoni dengan semua. Dan itu mengarahkan kita untuk membangun jembatan kerja sama dan pemahaman," ujar Al-Issa.

Dengan melakukan perkumpulan itu, Al-Issa melihat, para pemimpin dan cendekiawan Muslim sedang menunjukan komitmen untuk mempromosikan nilai-nilai tersebut. Pertemuan tersebut pun menetapkan terbukanya saluran dialog dan komunikasi antar ulama dalam menangani isu-isu penting dengan menekankan pentingnya menyebarkan nilai-nilai bersama dan saling menghormati sambil menolak ekstremisme serta fanatisme.

Namun, menurut laporan The National, para peserta yang hadir di Saudi tidak dianggap dari kalangan pemimpin agama paling senior di Irak. Kondisi ini membuat mereka tidak memiliki pengaruh yang signifikan atas kelompok-kelompok politik dan paramiliter.

Menurut situs web MWL, pertemuan itu adalah yang pertama dari jenisnya yang menyatukan para sarjana Irak di Makkah. Kegiatan ini mengikuti upaya serupa oleh Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada 2006.

Saat itu Dokumen Makkah ditandatangani oleh para sarjana Irak dengan tujuan untuk mengakhiri kekerasan sektarian yang mencengkeram negara itu setelah invasi dan pendudukan pimpinan Amerika Serikat dari tahun 2003.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement