Jumat 06 Aug 2021 06:08 WIB

Ekonomi Indonesia dan Emak-Emak Berdaster

Kontribusi perempuan terhadap ekonomi Indonesia mencapai 135 miliar dolar AS.

Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang bagi peningkatan kreatifitas kalangan ibu-ibu yang lazim kondang disebut emak-emak di Bumi Serasan Sekate.  Melalui program kreatif TP PKK dan Dekranasda Muba, pemberdayaan emak-emak di Muba saat pandemi ini  tetap tumbuh dengan baik.
Foto: istimewa
Pandemi Covid-19 tidak menjadi penghalang bagi peningkatan kreatifitas kalangan ibu-ibu yang lazim kondang disebut emak-emak di Bumi Serasan Sekate. Melalui program kreatif TP PKK dan Dekranasda Muba, pemberdayaan emak-emak di Muba saat pandemi ini tetap tumbuh dengan baik.

Oleh : Nidia Zuraya, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Saat sedang berkendara di jalan raya mungkin Anda pernah dibuat kesal dengan polah pengendara motor perempuan. Masyarakat menyebut mereka kaum sein kiri belok kanan. Ada juga yang menyebutnya, emak-emak berdaster.

Sebut mereka apa saja. Faktanya, merekalah yang menggerakan roda perekonomian nasional di masa pandemi.

Di saat ritel-ritel raksasa seperti Seven Eleven, Centro, Debenhams, dan terakhir Giant akhirnya pamit undur dari kancah peritelan di Indonesia, bisnis yang digawangi para emak-emak berdaster ini justru tetap berjaya. Mereka lah yang menguasai Shopee,Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, Zalora dan lain-lain.

Tak hanya di platform marketplace, bisnis emak-emak berdaster ini juga eksis di sosial media (sosmed) macam Facebook dan Instagram. Bisnis mereka skala kecil, amatiran, dan bahkan sebagian besar mereka tidak pernah sekolah bisnis.

Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menyumbang ekonomi Indonesia dengan proporsi hingga 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi ini tidak lepas dari peran perempuan wirausaha, yang pada akhir tahun 2018 jumlahnya sudah mencapai 14,3 juta orang.

Peran perempuan di sektor UMKM pada umumnya terkait dengan bidang perdagangan dan industri pengolahan, seperti warung makan, toko kelontong, pengolahan makanan, industri kerajinan, dan lain-lain. Bidang ini digeluti karena keleluasaannya untuk dilakukan di rumah, sehingga tidak melupakan perannya sebagai ibu rumah tangga.

Soal keberadaan perempuan wirausaha ini Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam sebuah kesempatan baru-baru ini mengutarakan harapannya agar para ibu di seluruh Indonesia dapat menjadi penggerak ekonomi nasional serta menjadi penerang sekaligus penjaga kehidupan berbangsa.

Sri Mulyani menyebut kontribusi perempuan terhadap ekonomi Indonesia dapat mencapai 135 miliar dolar AS atau setara Rp 1.944 triliun (dengan asumsi kurs Rp 14.400 per dolar AS) pada 2025. Di sektor UMKM, 53,76 persen UMKM dimiliki oleh perempuan dengan 97 persen karyawannya merupakan perempuan.

Peran perempuan dalam perekonomian nasional juga terlihat di bidang niaga ekspor. Perempuan Indonesia, menurutnya, juga sudah memiliki daya kompetisi ekspor dengan memberikan pangsa pasar hingga 14,4 persen.

Tak hanya itu, perempuan zaman sekarang lebih melek investasi. Hal ini terlihat dari penjualan surat utang negara (SUN). Kementerian Keuangan mengklaim mayoritas pembeli SUN pada 2020 lalu berasal dari kalangan perempuan, termasuk emak-emak berdaster. Bahkan, jumlahnya mencapai 56 persen dari surat utang beredar.

Jika pelaku usaha skala besar banyak yang megap-megap di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), tidak demikian dengan emak-emak pengusaha berdaster. Pemberlakuan PPKM tidak banyak berdampak pada usaha para emak berdaster yang mayoritas dilakukan dari rumah dan kanal penjualan online.

Tengok saja ke laman Instagram. Para emak berdaster yang selama ini memanfaatkan Instagram sebagai sarana untuk berdagang, di masa PPKM yang sudah tiga kali diperpanjang ini tetap ramai lapak dagangannya. Tak hanya mereka yang berjualan makanan, tapi juga mereka yang berdagang pakaian hingga peralatan dapur.

Perlu ada dukungan yang besar kepada para emak pengusaha berdaster. Dalam hal ini pemerintah perlu memperbanyak instrumen keuangan maupun program yang diberikan kepada pelaku usaha perempuan skala rumahan.

Selama PPKM masih berlanjut dan pandemi Covid-19 belum benar-benar berakhir, roda perekonomian nasional tentunya masih bergantung pada bisnis yang dilakoni para emak berdaster. Melalui tangan hangat para kaum sein kiri belok kanan diharapakan ekonomi Indonesia yang pada kuartal I-2021 masih mengalami kontraksi minus 0,74 persen mampu bangkit lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement