Kamis 05 Aug 2021 17:46 WIB

Industri Mamin Optimistis Pertumbuhan Kuartal III Positif

Angka pertumbuhan kemungkinan tidak akan melonjak seperti industri pengolahan umum

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Industri Mamin Penopang PDB. Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12).
Foto: Republika/ Wihdan
Industri Mamin Penopang PDB. Aneka macam produk makanan dan minuman ditawarkan kepada pembeli di ritel swasta, Jakarta, Kamis (14/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) optimistis pertumbuhan industri mamin bakal tetap mencatat pertumbuhan positif hingga kuartal III tahun ini. Hal itu lantaran prospek permintaan konsumen yang terus menunjukkan tren peningkatan.

"Pertumbuhan kuartal III kemungkinan pertumbuhan tetap berlanjut dan tidak akan sampai negatif," kata Ketua Umum Gapmmi, Adhi Lukman, kepada Republika.co.id, Kamis (5/8).

Meski begitu, Adhi menilai, angka pertumbuhan kemungkinan tidak akan melonjak seperti angka pertumbuhan ekonomi nasional maupun pertumbuhan industri pengolahan secara umum.

Pasalnya, pertumbuhan industri makanan minuman tetap berada pada level positif meski rendah. Dengan kata lain, tidak terdapat low base effect atau basis data pembanding kuartal sebelumnya yang sangat rendah sehingga membuat angka pertumbuhan terlihat tinggi.

Ia menilai, kebijakan PPKM darurat maupun level 4 dan level 3 yang diterapkan sejak awal Juli lalu tidak memberikan dampak signifikan bagi industri makanan minuman. Pasalnya, ia menilai permintaan konsumen terhadap produk makanan dan minuman olahan masih cukup baik sejak awal tahun lalu.  

Pada kuartal I 2021, industri mamin mengalami pertumbuhan 2,45 persen secara year on year (yoy). Adapun kuartal II, pertumbuhan naik menjadi 2,95 persen yoy. "Ini memang sudah kita perkiraan bahwa kita akan tetap positif meskipun pertumbuhannya mendatar," kata Adhi.  

Kenaikan pertumbuhan di kuartal II, menurut Adhi salah satunya didukung oleh peningkatan kegiatan ekonomi pada momen puasa dan lebaran. "Awal tahun ini memang sudah cukup baik permintaannya. Bahkan untuk ekspor produk olahan diluar sawit dari Januari-Mei itu naik 17 persen," kata Adhi.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement