Kamis 05 Aug 2021 14:53 WIB

Rilis Laporan Keuangan Emiten Dongkrak Kinerja IHSG

Kepercayaan investor terhadap pemulihan ekonomi juga masih positif.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Rilis laporan keuangan emiten pada semester I 2021 dinilai jadi salah satu penguatan IHSG.
Foto: Antara/Reno Esnir
Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta (ilustrasi). Rilis laporan keuangan emiten pada semester I 2021 dinilai jadi salah satu penguatan IHSG.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rilis laporan keuangan emiten diperkirakan akan mendongkrak performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada semester II. Saat ini, sekitar 30 persen emiten tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan kinerja keuangan untuk semester I 2021. 

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Martha Christina, menyampaikan, secara tahunan mayoritas perusahaan mencatatkan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. "Hal ini mengingat pada kuartal II 2020, kinerja mayoritas perusahaan tercatat di bursa mengalami penurunan akibat terdampak pandemi Covid-19," kata Martha, Kamis (5/8). 

Baca Juga

Menurut Martha, emiten di sektor perbankan, semen, dan ritel membukukan kinerja yang sesuai ekspektasi. Sementara emiten di industri kesehatan, terutama rumah sakit dan laboratorium, mencatatkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi. 

Sebaliknya, beberapa perusahaan di sektor barang konsumsi nonsiklikal, seperti UNVR, GGRM, HMSP, dan JPFA membukukan kinerja di bawah konsensus pelaku pasar. Hal ini membuat sahamnya dilanda aksi jual dan menjadi pemberat indeks.  

 

Martha mengatakan, prediksi itu didasari kondisi makro ekonomi. Pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 negara-negara dengan ekonomi yang maju secara umum terus melanjutkan akselerasi pertumbuhan. 

Amerika Serikat (AS) tumbuh 12,2 persen, Inggris tumbuh 22,5 persen, Jerman tumbuh 9,2 persen, Jepang tumbuh 7,3 persen, dan Korea Selatan tumbuh 5,9 persen. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi China melambat menjadi 7,9 persen mengingat sebelumnya terakselerasi 18,3 persen pada kuartal I 2021. 

Dari dalam negeri, kinerja inflasi Indonesia masih cukup terkendali. Beberapa indikatornya adalah indeks keyakinan konsumen (IKK) yang masih terus pulih, penjualan ritel masih positif, neraca perdagangan selama 14 bulan mencetak surplus berturut-turut, posisi cadangan devisa yang masih baik, yang juga didukung stabilitas nilai tukar rupiah. 

"Kepercayaan investor terhadap pemulihan ekonomi juga masih positif, yang ditandai oleh angka pertumbuhan //foreign direct investment (FDI) sangat positif pada kuartal II 2021," ungkap Martha.  

Hal tersebut jelas membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia masih di jalur yang tepat (on the right track) dengan membentuk kurva V- shape (atau berbalik dari penurunan menjadi menguat dengan cepat). Untuk proyeksi ekonomi kuartal II 2021, menurut Martha, potensi Indonesia untuk meninggalkan periode resesi sangatlah besar. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement