Kamis 05 Aug 2021 05:55 WIB

WHO Minta Negara Kaya Moratorium Vaksin Booster

WHO berulang kali meminta negara kaya untuk membantu negara miskin mendapatkan vaksin

Rep: Lintar Satria/AP/ Red: Muhammad Fakhruddin
WHO Minta Negara Kaya Moratorium Vaksin Booster (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
WHO Minta Negara Kaya Moratorium Vaksin Booster (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JENEWA -- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus meminta pemerintah di seluruh dunia memoratorium  pemberian vaksin dosis ketiga Covid-19 atau vaksin booster. Ini demi memastikan ketersediaan vaksin bagi negara yang jumlah penerima vaksinnya masih sedikit.

Pernyataan yang disampaikan Ghebreyesus pada Rabu (4/8) ini untuk negara-negara kaya. Pasalnya angka vaksinasi mereka jauh meninggalkan negara miskin dan berkembang.

Ia mengatakan, belum terbukti secara ilmiah apakah memberikan vaksin booster pada orang yang sudah menerima dua dosis vaksin efektif mencegah penyebaran virus corona. WHO berulang kali meminta negara kaya membantu negara miskin mendapatkan vaksin.

Israel, Prancis, Jerman dan banyak negara Timur Tengah yang kaya sudah memberikan vaksin booster. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat dan Inggris mempertimbangkan untuk melakukannya saat meningkatnya resiko penyebaran virus varian Delta.

Pemerintah Indonesia menegaskan  vaksin booster hanya untuk tenaga kesehatan. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr.Siti Nadia Tarmidzi mengatakan, vaksinasi booster hanya diberikan kepada tenaga kesehatan dan tenaga pendukungnya.

Diperkirakan jumlah petugas kesehatan dan pendukungnya ada sekitar 1,5 juta orang, yang tersebar di seluruh Indonesia. “Suntikan ketiga atau booster hanya diperuntukan untuk tenaga kesehatan, termasuk tenaga pendukung kesehatan,” kata Nadia.

Kementerian Kesehatan menegaskan, vaksin booster tidak untuk khalayak umum. Sebab pasokan vaksin terbatas dan masih ada lebih dari 160 juta penduduk sasaran vaksinasi yang belum mendapatkan suntikan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement