Rabu 04 Aug 2021 13:33 WIB

Donasi untuk Laboratorium Unand Bentuk Keprihatinan Warga

Lab Unand kini sudah harus menggalang donasi untuk pemeriksaan sampael swab.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas melakukan pengujian sampel swab test di Laboratorium PCR (ilustrasi).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Petugas melakukan pengujian sampel swab test di Laboratorium PCR (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Epidemiolog Universitas Andalas, Defriman Djafri, menyoroti polemik yang terjadi antara Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) dan Pemprov Sumatra Barat (Sumbar). Lab Unand kini sudah harus menggalang donasi untuk menunjang aktivitas pemeriksaan sampel swab warga setiap hari.

“Ini yang dipertanyakan. Donasi sebagai bentuk keprihatian terhadap upaya menjalankan operasional lab untuk membantu warga Sumbar dalam testing selama ini,” kata Defriman, kepada Republika.co.id, Rabu (4/8).

Defriman menyebut selama beroperasi memeriksa sampel swab Maret 2020 lalu, yang paling merasakan dampak positif adalah warga Sumbar. Setiap pemeriksaan sampel swab dilakukan tanpa pungutan biaya alias gratis. 

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unand ini menyebut yang perlu diketahui saat ini adalah seperti apa bentuk kerja sama selama ini antara Lab FK Unand dan pemda di Sumbar. Di situ, menurut dia, akan jelas bagaimana komitmen yang dibangun kedua belah pihak sejak awal.

“Kita sama-sama mendengar ada perbedaan mekanisme anggaran dan juga mendengar ke depan dengan mekanisme hibah ke depan. Jika ini sudah jelas, yang diminta tentu sabar,” ucap Defriman.

Ia berpendapat, saat ini yang perlu dicari adalah jalan keluar bersama-sama supaya aktivitas pemeriksaan sampel swab di Lab Unand tetap berjalan. “Yang saya takutkan bukan komitmennya yang bermasalah, tapi komunikasinya yang buntu, atau sebaliknya,” kata Defriman menambahkan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement