Selasa 03 Aug 2021 22:43 WIB

Uni Eropa Kirim Pesawat Pemadam Kebakaran ke Turki

Para ahli sebagian besar menunjuk pada perubahan iklim sebagai penyebab kebakaran

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Sebuah helikopter menuangkan air di atas desa Sirtkoy yang dilanda kebakaran, dekat Manavgat, Antalya, Turki, Minggu, 1 Agustus 2021. Lebih dari 100 kebakaran hutan telah dikendalikan di Turki, menurut para pejabat. Menteri kehutanan mentweet bahwa lima kebakaran terus berlanjut di tujuan wisata Antalya dan Mugla.
Foto: AP/AP
Sebuah helikopter menuangkan air di atas desa Sirtkoy yang dilanda kebakaran, dekat Manavgat, Antalya, Turki, Minggu, 1 Agustus 2021. Lebih dari 100 kebakaran hutan telah dikendalikan di Turki, menurut para pejabat. Menteri kehutanan mentweet bahwa lima kebakaran terus berlanjut di tujuan wisata Antalya dan Mugla.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Uni Eropa (UE) mengirim tiga pesawat pemadam kebakaran untuk mendukung Turki memerangi kobaran api dalam kebakaran hutan yang terjadi sepekan belakangan. Sekurangnya delapan orang tewas dalam bencana tersebut.

"Dalam tanggapan segera, Komisi Eropa telah membantu memobilisasi 1 pesawat Canadair dari Kroasia dan 2 Canadair dari Spanyol. Pesawat pemadam kebakaran ini adalah bagian dari rescEU, cadangan aset perlindungan sipil Eropa," kata Komisi Eropa dalam sebuah pernyataan seperti dilansir laman Huriyet Daily News, Selasa (3/8).

Baca Juga

Komisaris UE untuk Manajemen Krisis Janez Lenarcic mengatakan UE berdiri mendukung dalam solidaritas penuh dengan Turki di saat yang sulit seperti sekarang ini. "Saya berterima kasih kepada semua negara yang telah menawarkan bantuan," kata Lenarcic.

"Kami siap memberikan bantuan lebih lanjut," ujarnya menambahkan.

Selain UE, Spanyol, Rusia, Ukraina, Azerbaijan, dan Iran juga mengirim pesawat pemadam kebakaran ke Turki. Menteri Luar Negeri Spanyol Jose Manuel Albares melakukan panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlt Cavusoglu untuk menyampaikan solidaritas Spanyol dan belasungkawa bagi para korban kebakaran yang menghancurkan selatan negara itu.

Menteri Spanyol menyampaikan kepada Cavusoglu tentang keputusan Pemerintah Spanyol untuk mengirim dua pesawat pemadam kebakaran CL-415 dan pesawat angkut C-295 Angkatan Udara Spanyol, serta tim lengkap Unit Darurat Militer (UME), untuk membantu Turki memerangi kebakaran hutan. Selain itu, tim Azerbaijan juga telah tiba di perbatasan Turki dengan Georgia dan memasuki negara itu melalui provinsi Artvin di timur laut.

Terdiri dari 53 kendaraan termasuk 41 mobil pemadam kebakaran dan 220 personel, tim tersebut diterima oleh warga Turki yang menunjukkan apresiasinya terhadap bendera Azerbaijan dan Turki. Pesawat Rusia digunakan untuk pemadam kebakaran dalam upaya memadamkan api melalui operasi udara dan darat.

Seperti dilansir laman Euro News pada Selasa (3/8), kebakaran hutan dimulai pada Rabu pekan lalu. Kini api menyebar dan menjadi ancaman kota Antalya, Bodrum, dan Marmaris di mana ratusan turis dan penduduk dievakuasi dari hotel dan rumah mereka pada Ahad lalu.

Wali Kota Bodrum Ahmet Aras mengatakan lebih dari 1.100 orang dievakuasi dengan perahu karena jalan tidak dapat digunakan. Delapan orang telah tewas oleh kebakaran dan total 10 ribu penduduk telah dievakuasi di Provinsi Mugla saja.

Secara keseluruhan, 129 kebakaran yang terjadi di lebih dari 30 provinsi telah berhasil dipadamkan. Lebih dari 4.000 petugas pemadam kebakaran telah dikerahkan di lapangan.

"Kami mengalami hari-hari dengan suhu di atas 40 derajat Celcius dan angin yang sangat kencang," kata Menteri Pertanian Turki Bekir Pakdemirli dalam konferensi pers di Milas, salah satu kota yang terkena dampak kebakaran, Senin.

Menurut data resmi, Turki mengalami kebakaran hutan terburuk dalam setidaknya satu dekade. Hampir 95 ribu hektare hutan terbakar pada 2021.

Presiden Recep Tayyip Erdogan dan pemerintahannya banyak dikritik sejak muncul info bahwa negara itu tidak memiliki pesawat pengebom air yang diperlukan untuk mengendalikan kebakaran di daerah pegunungan. Oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP) juga mengkritik Presiden Turki karena membongkar infrastruktur organisasi semi-publik, yang di masa lalu memiliki pengebom air dan bertanggung jawab atas pemadaman kebakaran.

Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu mengatakan pihak berwenang sedang menyelidiki penyebab kebakaran termasuk "kecerobohan" manusia dan kemungkinan sabotase oleh militan Kurdi yang dilarang. Dia mengatakan satu orang ditahan atas tuduhan bahwa dia mungkin telah dibayar oleh kelompok itu untuk menyalakan api.

"Kami akan menginformasikan opini publik ketika penyelidikan selesai," kata Soylu.

Namun, para ahli sebagian besar menunjuk pada perubahan iklim sebagai penyebab kebakaran, bersama dengan kecelakaan yang disebabkan oleh manusia. Panas terik juga memengaruhi tetangga Yunani.

Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengatakan negara itu menghadapi gelombang panas terburuk sejak 1987. Suhu mencapai 45 derajat Celcius di daerah pedalaman Yunani dan membuat jaringan listrik di bawah tekanan besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement