Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Khairus Sakinah Chaeruddin

Model-Model Pengembangan Kurikulum Bahasa Arab

Eduaksi | Tuesday, 03 Aug 2021, 21:28 WIB

Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu Tindakan. Model dapat ditemukan dalam setiap bentuk kegiatan Pendidikan, seperti model pengajaran, model administrasi, model evaluasi, model supervise dan model lainnya. Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas. Beberapa sekolah memiliki atau mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah memikirkan polanya untuk memecahkan masalah Pendidikan atau prosedur yang tidak dapat dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiatannya sebagai rancangannya.[1]

Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum dan model adalah konstruksi yang bersifat toritis dari konsep. Dalam pemilihan suatu model kurikulum bukan hanya sekedar didasarkan pada kelebihan dan kekurangannya saja, tetapi juga harus mempertimbangkan dengan system Pendidikan dan system pengelolaan Pendidikan mana yang dianut serta model konsep Pendidikan mana yang digunakan.

Model pengembangankurikulum dlam system Pendidikan dan pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang disentralisasi. Model pengembangan kurikulum yang sifatnya subjek akademis berbeda dengan kurikulum yang humanistic, teologis dan kontruksi sosial[2]

Model-Model pengembangan kurikulum

1. Model tyler

Pengembangan model kurikulum tyler ini lebih berssifat bagaimana merancang suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan misis suatu institusi Pendidikan dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk lngkah-langkah kongkret atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberika dasar-dasar pengembangannya saja. Menurut tyler ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangakan kurikulum yaitu:[3]

a. Merumuskan tujuan kurikulum

b. Menentukan pengalaman belajar (learning experiences)

c. Mengorganisasi pengalaman belajar

d. Evaluasi untuk mendapatkan informasi tentang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Pengembangan kurikulum dalam pelajaran Bahasa arab menggunakan model Tyler dimana model ini bersifat merancang Kembali suatu kurikulum sesuai tujuan dan misi suatu instusi Pendidikan. Pada tahun 1964 dimulainya mata plajaran Bahasa arab sehingga pengaruh dari kurikulum tersebut terhadap pelajaran Bahasa arab senriri adalah materi Bahasa arab beriorientasi pada moral dimana belajar Bahasa arab bertujuan untuk memhami dan memahamkan ajaran islam dengan pendekatan tata Bahasa dan terjemahan.

2. Model Taba

Model taba lebih menitikberatkan pada bagaimana pengembangan kurikulum sebagai proses perbaikan dan penyempurnaan[4]. Taba menggunakan pendekatan akar rumput pertama, (grass-roots approach) bagi pengembangan kurikulum. Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan buka diberikan oleh pihak berwenang suatu unit belajar mengajar khusus bagi murid-murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba menganut pendekatan induktif yang dimulai denan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan umum. Kedua, Testing Experimental Units (menguji unit percobaan) uji ini diperlukan untuk mengecek validitas dan apakah materi tersebut dapat diajarkan dan untuk menetapkan batas atas dan batas bawah dari kemampuan yang diharapkan. Ketiga, Revising and Consolidating (revisi dan konsolidasi) yaitu merevisi dan mengonsolidasi unit-unit eksperimen berdasarkan satu yang diperoleh dalam uji coba. Keempat, Developing a framework (pengembangan kerangka kerja). Kelima, Installing and disseminating new units (memasang dan menyebarkan unit-unit baru) guru perlu mempersiapkan penataran-penataran, loka karya dan lainnya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntunan kurikulum.

Kurikulum ini lebih merinci pada setiap mata pelajaran yang disebut rencana pelajaran terurai 1952. Dalam pembelajaran Bahasa arab kurikulum ini menggunakan model Taba dimana model ini menitik beratkan pada proses perbaikan dan penyempurnaan kurikulum sebelumnya, akan tetapi kurikulum ini,pelajaran Bahasa arab masih belum diaplikasikan kedalam kelas pembelajaran

3. Model Olive

Model pengembangan kurikuum menurut oliva terdiri dari tiga kreteria yaitu simple, komprehensif, dan sistematis[5]. Walaupun model ini mewakili komponen-komponen yang paling penting, namun model ini dapat diperluas menjadi model yan menyediakan detil tambahan dan menunjukkan beberapa proses yang diasumsikan oleh model yang lebih sederhana. Pengembangan kurikulum dengan model oliva adalah sebagai berikut[6].

a. Statement of philosophy dilakukan dengan memformulasikan visi misi Lembaga Pendidikan tersebut, hal ini dilakukan dengan cara menganalisis kebutuan siswa dan kebutuhan masyarakat.

b. Statement of goals dilakukan dengan menganalisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah.

c. Design of plan menetapkan strategi pembelajaran kedalam kelas pembelajaran

d. Evaluation menetapkan tekhnik penilaian yang digunakan untuk mengevaluasi pembelajaran yang ditetapkan pada kurikulum.

Menurut Oliva, model yang dikembangan ini dapat dikembangkan kedalam beberapa dimensi

· Untuk menyempurnakan kurikulum sekolah dalam bidang-bidang khusus, misalnya penyempurnaan kurikulum bidan studi tertentu disekolah, baik dalam tataran perencangan kurikulum maupun dalam proses pembelajarannya.

· Model ini dapat digunakan untuk mebuat keputusan dalam merancang suatu program kurikulum.

· Model ini dapat digunakan dalam mengembangkan program pembelajaran secara khusus[7].

Menurut mohammad ali, dalam sejrah pengembangan kurikulum di Indonesia dimulai tahun 1947 yang dikenal dengan rencana pelajaran dimana sifat kurikulum ini pilitis, karena pemerintah mengubah sisitem kurikulum yang diciptakan oleh belanda. Pada tahun ini pembelajaran Bahasa arab yang ada di madrasah masih belum di rancang oleh pemerintah karena kurikulum ini bertumpu yang masih sederhana pasca kemerdekaan, dengan begitu model kurikulum yang digunakan pada Bahasa arab adalah oliver dimana model ini bersifat simple, komprehensif, dan sistematis.

4. Model Beauchamp

Model ini dinamakan Beauchamp karena memang diciptakan dan dikembangan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan ada lima Langkah dalam proses pengembangan kurikulum[8].

a. Menetapkan wilayah atau arena yang akan melakukan perubahan suatu kurikulum. Wilayah tersebut bisa terjadi pada satu sekolah, sat kecamatan atau mungkin tingkat proponsi dan tingkat nasional.

b. Menetapkan orang-orang yang akan terlibat dalam proses pengembagan kurikulum seprti para tokoh masyarakat, para ahli kurikulum,para ahli Pendidikan termasuk didalamnya ada para guru yang berpengalaman dan juga para professional dalam bidang Pendidikan.

c. Menetapkan prosedur yang akan ditempuh untuk merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengelaman belajar serta menetapkan evaluasi.

d. Implementasi kuriklum maksudnya adalah pemahaman guru tentang kurikulum dalam sarana atau fasilitas yang tersedia.

e. Melaksanakan evaluasi kurikulum yang menyangkut dengan evaluasi terhadap pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru disekolah, evaluasi terhadap sedain kurikulum, evaluasi keberhasilan anak didik, dan evaluasi system kurikulum.

5. Model Wheeler

Menurut Wheeler pengembangan kurikuum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus menerus, Wheeler mengemukakan pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase yakni

a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yang bersifat normative yang mengandung tujuan filosofis atau bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus yaitu bersifat spesifik dan observable tujuan yang mudah diukur ketercapainnya.

b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam Langkah pertama

c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.

d. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar.

e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

Pengembangan kurikulum yang dikemukakan oleh Wheeler bahwa pengembangkan kurikulum membentuk sebuah siklus atau lingkaran. Karena hakikatnya setiap tahapan pada sikls tersebut terbentuk sebuah system yang terdiri dari komponen-komponen pengemabangan yang saling bergantung satu sama lainnya.

Pengembangak kurikulum dalam pelajaran Bahasa arab menggunakan model Wheeler dimana model ini bersifat bagaimana merancang kembalu suatu kurikulum berlandaskan pada filsafah intitusi pendidika pada negara tersebut, pengaruh dari kurikulum ini terhadap Bahasa arab sendiri adalah materi Bahasa arab beriorientasi pada nasionalisme, yakni belajar Bahasa arab untuk tujuan memhami ilmu Bahasa arab dengan pendekatan oral.

6. Model Nicholls

Model pengembangan kurikulum Nichools menggunakan pendekatan siklus seperti model Wheeler. Model Nichools digunakan apabila ingin Menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan situasi[9]. Ada lima Langkah pengembangan kurikulum menurut Nichools, yaitu:

a. Analisis situasi

b. Menenukan tujuan khusus

c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran

d. Menentukan dan mengorganisasi metode

e. Evaluasi

7. Model Dynamic Skillback

Menurut Skillback, model pengembangan kurikulum yang ia namakan adalah model Dynamic yaitu model pengembangan kurikulum pada level sekolah. Model ini diperuntuk untuk setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengn kebutuhan sekolah. Agar proses pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembangan termasuk guru perlu memahami lima elemen pokok yang dimulai dari menganalisis susuatu sampai pada melakukan penilaian. Ada beberapak Langkah dalam pengembangan kurikulum Skilback

a. Menganalisis situasi

b. Menmformulasikan tujuan

c. Menyususn program

d. Interpretasi dan implementasi

e. Monitoring, feedback, penilaian, dan rekonstruksi

[1] http://www.retcia.com/2011/12/model-model-pengembangan-kurikulum.html

[2] Nana Syaodih Sukmadinata. Pengenbangan Kurikulum Teori dan Praktek. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), p. 81

[3] Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009, p. 85

[4] Ibid, p. 88

[5] Idi Abdullah. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. .( Jogjakarta: Ar-nizz Media, 2010), p. 99

[6] Oliva Peter F. Developing the Curriculum. Third Edition. (New York: Harper Collins Publisher, 1992), p. 105

[7] Ibid, p. 120

[8] Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Predana Media Group, 2009), p. 91

[9] Ibid, p. 95

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image