Ahad 01 Aug 2021 13:54 WIB

Di Solo Masih Ada Sawah 57,7 Hektare di Tiga Kecamatan

Daerah sawah paling banyak ada di Kecamatan Banjarsari sebesar 37,7 hektare.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Bilal Ramadhan
Panen raya padi di lahan pertanian (ilustrasi)
Foto: dok. BI Solo
Panen raya padi di lahan pertanian (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kota Solo masih memiliki lahan pertanian seluas 57,7 hektare. Lahan pertanian tersebut tersebar di tiga kecamatan, yakni Jebres, Laweyan dan Banjarsari.

Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dispertan KPP) Solo, Aryo Widyandoko, mengatakan, berdasarkan hasil audit, masih ada sekitar 57,7 hektare lahan berupa sawah di Kota Solo.

Dia merinci, lahan pertanian tersebut berada di Kecamatan Laweyan 17 hektare tepatnya di Kelurahan Karangasem dan Jajar, kemudian di Kecamatan Jebres 3 hektare, serta di Kecamatan Banjarsari 37,7 hektare.

"Produksi tanaman pangan dengan luasan 57,7 hektare menghasilkan 72,7 kuintal per hektare," kata Aryo.

Aryo menambahkan, selama ini di Solo sudah ada Kelompok Wanita Tani (KWT). Dia menyebut, KWT tersebut cukup bagus bahkan ada yang bisa sampai berjualan.

Dalam mengembangkan sektor pertanian, Pemkot Solo mendapatkan bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dari Kementerian Pertanian berupa 1 unit power thresher, 5 unit cultivator, 70 paket program P2L (Pekarangan Pangan Lestari) dan 1 unit green house serta bantuan benih sayuran. Bantuan tersebut telah diserahkan pada Jumat oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Menurut Aryo, bantuan alat cultivator akan diberikan kepada Kelompok Wanita Tani. Sedangkan thresher juga akan diberikan kepada kelompok tani yang membutuhkan. Di samping itu, Pemkot juga sudah mengembangkan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) dari Kementan.

"Walaupun lahan pertanian kami tidak luas tapi semoga kami bisa menjadi sentra sesuatu," imbuh Aryo.

Di sisi lain, Pemkot Solo juga berencana mengembangkan jamu dengan konsep wellness tourism. Aryo menerangkan, selama ini jamu sudah terkenal berasal dari Nguter, Kabupaten Sukoharjo. Namun, biasanya para pedagang jamu asal Nguter jika ditanya kota asal, maka akan menjawab Solo.

"Nilai tambah dari jamu itu bisa kita ambil untuk dikembangkan dengan konsep wellness tourism. Nanti ada pembedanya," ucap Aryo.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement