Sabtu 31 Jul 2021 15:14 WIB

Banting Tulang & Putar Otak untuk Biaya Pendidikan Anak

Orang tua perlu menyiapkan dana pendidikan untuk anak yang tiap tahun naik.

Tabungan Pendidikan (ilustrasi).
Foto:

Peneliti Sosiologi Pendidikan di Pusat Penelitian Kependudukan LIPI, Anggi Afriansyah, dalam catatannya mengatakan, dari data BPS (2020) memperlihatkan tingkat pendidikan penduduk masih didominasi pendidikan menengah. Tampak, dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas, 29 orang menamatkan SMA/sederajat. "Hanya sembilan orang tamat perguruan tinggi," kata Anggi.

Tentu saja, ujar Anggi, peningkatan capaian pendidikan menjadi prioritas yang harus digenapi. Data-data tersebut menjadi penanda, negeri ini masih berhadapan dengan problem mendasar terkait akses yang memadai bagi semua anak bangsa.

Ia berkata, dalam Population, Education and Development The Concise Report yang dirilis PBB pada 2003, dipaparkan soal tren populasi, pendidikan, dan pembangunan. Pendidikan, kunci pembangunan nasional, dan komponen utama kesejahteraan individu.

Laporan tersebut telah berusia 18 tahun, tetapi masih relevan dengan kondisi saat ini. Meski begitu, tentu saja terdapat tantangan lebih aktual dibandingkan beberapa belas tahun lalu. "Misalnya, disrupsi akibat teknologi ataupun pandemi," kata dia.

Global Education Monitoring Report (2020) bertajuk Inclusion and Education: All Means All menyebutkan, kesetaraan dan inklusi menjadi inti agenda 2030. Namun, hingga kini distribusi sumber daya dan peluang yang tak merata masih menjadi persoalan utama. "Ketidaksetaraan distribusi melahirkan ketimpangan, antara lain, terkait isu gender, wilayah tinggal, etnisitas, kapital ekonomi, identitas, dan agama."

Anggi menjelaskan dalam konteks Indonesia, studi SMERU (2019) menunjukkan, anak dari keluarga miskin cenderung berpenghasilan lebih rendah ketika dewasa. Paparan dari berbagai referensi itu, perlu diperhatikan dalam perencanaan pendidikan di negeri ini.

Tanda di mana akses pendidikan bagi semua masih belum genap dipenuhi. Problem akses, kesetaraan juga model pendidikan yang responsif secara sosial kultural. "ataupun konteks generasi semakin urgen untuk diperhatikan."

Memilih sekolah untuk anak memang perlu persiapan matang. Selain masalah biaya, banyak yang harus dipertimbangkan menurut Rista Zwestika, perencana keuangan. Di antaranya kurikulum sekolah, sekolah swasta atau negeri, sekolah keagamaan, dan lainnya.

Agar anak tidak sampai putus sekolah, orang tua sebaiknya merencanakan keuangan khusus untuk pendidikan anak. Selain itu, sesuaikan juga sekolah tujuan dengan budget yang dimiliki. Menurut Rista, hal pertama yang bisa dilakukan untuk menekan anggaran pendidikan adalah mencari sekolah yang tidak terlalu jauh dari rumah.

Pertimbangan ini menurut Rista karena bisa berpengaruh kepada mood anak ketika di sekolah. Ia berkata, menentukan sekolah yang pertama harus dilihat perjenjangnya dulu. Kalau dia masih TK dan kita ambil sekolahnya jauh maka pertimbangkan jarak adalah yang pertama. "Selain itu, biaya transportasi dari rumah ke sekolah pun harus diperhitungkan," kata dia.

Hal kedua adalah menentukan tujuan pendidikan anak. Menurut Rista, orang tua harus menanamkan tujuan anak sekolah di sekolah impian tersebut. Jangan sampai orang tua tidak tahu apa yang ingin dicapai dari sekolah tersebut.

Misalnya, anak disuruh masuk ke sekolah Islam, tetapi di rumah nilai-nilai Islam tidak diindahkan. Dengan begitu, anak mungkin akan kesulitan memvalidasi nilai-nilai. "Karena apa yang didapatkan di sekolah dan di rumah berbeda," ujar dia.

Ketiga orang tua perlu menyusun anggaran pendidikan anak sesuai dengan kemampuan finansial. Ia mengingatkan orang tua untuk membuang gengsi dan demi dorongan lifestyle orang tua gegabah memilih sekolah favorit dan mahal. Bahkan bagi Rista, hal ini menjadi awal petaka berjalannya pendidikan anak.

Keempat Rista menegaskan jangan berhutang demi pendidikan anak. "Lebih baik memilih tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan," kata dia.

Terakhir dampingi anak di rumah meski anak sudah mendapatkan ilmu dari sekolah tetap saja rumah adalah madrasah pertama bagi anak. Sosok orang tua pun akan menjadi role model untuk anak-anaknya. "Karena itu, kehadiran orang tua di rumah akan membantu tumbuh kembang anak."

Meski biaya pendidikan kian mahal, bukan berarti anak dari keluarga dengan ekonomi lemah tidak memiliki kesempatan meraih pendidikan tinggi. Banyak jalan menuju Roma, banyak cara meraih gelar sarjana. Salah satunya anak bisa mengincar beasiswa pendidikan.

Orang tua atau anak bisa berburu beasiswa yang biasanya dibuka dari berbagai pihak. Seperti beasiswa dari perguruan tinggi, lembaga pemerintahan, lembaga swasta, yayasan pendidikan, hingga beasiswa non-formal dari individu.

Keluarga yang berasal dari ekonomi prasejahtera juga bisa merebut peluang menerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah Merdeka dari pemerintah. Apalagi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim memastikan tahun 2021 calon mahasiswa yang kurang mampu tidak perlu ragu untuk mendaftarkan diri berkuliah karena tersedia beberapa kesempatan untuk menjadi penerima KIP Kuliah Merdeka.

Nadiem mengundang para mahasiswa yang mungkin sekarang belum yakin dalam melakukan registrasi untuk UTBK, SBMPTN, inilah saatnya meraih masa depan. "Segera registrasi, karena ada berbagai macam jalur,” tutur Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran program Merdeka Belajar Episode Kesembilan: KIP Kuliah Merdeka, beberapa waktu lalu.

Calon mahasiswa dapat mendaftar KIP Kuliah Merdeka melalui tiga jalur seleksi, yakni Ujian Tulis Berbasis Komputer-Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UTBK-SBMPTN), seleksi mandiri perguruan tinggi negeri (PTN), dan melalui seleksi masuk perguruan tinggi swasta (PTS). Informasi pendaftaran melalui tiga jalur seleksi tersebut pun cukup dilakukan dengan mengunjungi laman resmi KIP Kuliah, yakni http://kip-kuliah.kemdikbud.go.id.

 

Pada jalur seleksi UTBK-SBMPTN, batas waktu pendaftaran adalah sampai dengan 1 April 2021. Kemudian, bagi siswa kurang mampu yang tidak lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan SBMPTN, maka dapat mendaftar KIP Kuliah Merdeka melalui jalur seleksi mandiri PTN. Seleksi pada jalur ini dimulai pada bulan Agustus hingga Oktober 2021.

Yang terakhir, bagi siswa kurang mampu yang berminat masuk ke PTS dapat mendaftar KIP Kuliah Merdeka melalui jalur seleksi masuk PTS yang dilakukan kapan saja hingga masa pendaftaran PTS selesai. Pekiraan masa pendaftaran adalah hingga bulan Oktober 2021. Hal ini bergantung kepada jadwal seleksi masuk setiap PTS.

Melalui KIP Kuliah Merdeka, pemerintah telah mengubah skema KIP Kuliah pada tahun sebelumnya dengan...

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement