Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Imanuddin Kamil

Inspiring Teacher (Motivasi Inspiratif Meningkatkan Imun Guru)

Eduaksi | Saturday, 31 Jul 2021, 08:00 WIB

Oleh : Imanuddin Kamil*

Jum'at, 30 Juli 2021 Panitia PSB SMPIT Abdan Syakuro Lampu Iman merampungkan tugas purnanya dengan menggelar kegiatan sharing hasil tes psikologi. Acara pemaparan dan sekaligus konsultasi hasil psikotes siswa baru yang sudah dilaksanakan pada 13 Juli lalu itu, disampaikan oleh Ibu Lilis Komariah, M.Psi., dari Lembaga Matahati; Pusat Layanan Psikologi-Konsultasi-Training-Psikoterapi.

Para orang tua cukup antusias mengikuti kegiatan ini. Apalagi mereka sebelumnya telah mendapatkan lembaran hasil psikotes anaknya yang tentunya sedikit banyak membuat mereka penasaran bercampur rasa 'gundah, gelisah' saat membaca hasil yang mungkin di luar ekspektasi.

Maka kegiatan yang digelar hari Jum'at itu, diharapkan dapat memandu para orang tua dalam menyikapi hasil psikotes anaknya sehingga diharapkan mereka mampu memberikan treatment yang sesuai dan selaras dengan kondisi anaknya.

Tak hanya orang tua, para asatidzah yang akan berinteraksi dalam KBM dengan peserta didik baru ini pun mendapatkan pencerahan, ilmu dan sekaligus tips-tips strategis untuk menjalankan tugas mendidiknya. Bahkan dari paparan yang disampaikan, tidak sedikit motivasi inspiratif penuh gizi dan vitamin yang bisa didapatkan.

Saya pribadi merasa, quotes dan pengalaman yang diberikan hari itu, semacam peningkat imun di tengah semarak virus yang melemahkan semangat juang para pendidik.

Berikut ini beberapa quote motivasi yang dapat saya rangkum dalam tulisan ini.

1. Syukuri anak-anak 'bermasalah' sebagai anugerah. Jadikan mereka 'guru baru kehidupan' yang menantang kita untuk belajar dan terus belajar.

Jangan pernah mengeluh ketika mendapatkan anak yang 'bermasalah'. Karena sejatinya hal itu adalah rencana indah, walaupun secara kasat terlihatnya bagai 'bencana'.

Memang mendapatkan anak bermasalah' itu melelahkan. Tetapi jika kita ikhlas melakoni, In Sya Allah tidak akan tertukar pahala kita dengan pahala yang biasa saja. Sebab pahala besar itu akan berbanding lurus dengan tingkat 'masyaqqah' dan 'juhud' yang dipersembahkan.

Maka sekali lagi, tak perlu gusar dengan anak bermasalah'. Karena dengan kehadirannya, ilmu kita semakin bertambah, sabar kita jadi meningkat dan pahala kita juga menjadi lebih spesial.

Untuk menambah inspirasi bagi para pendidik dalam menghadapi anak-anak bermasalah, Psikolog asal Cileunyi ini merekomendasikan untuk menonton sebuah film berjudul Hickhi yang bercerita tentang perjuangan seorang wanita penyandang Taurette Syndrome. Ia memiliki tekad kuat untuk menjadi seorang guru, Namun tidak ada satupun sekolah yang mau menerimanya karena penyakitnya tersebut.

Suatu hari, ada sekolah yang yang menerimanya, tetapi dengan syarat harus mau mengajar murid-murid yang terkenal nakal. Ia menerima tantangan itu. Jadilah ia guru dengan berbagai cobaan yang tak pernah menyerah. Dengan kekurangan yang dimiliki, akhirnya ia mampu mengantarkan murid-muridnya pada masa depan yang lebih cerah.

2. Sebagaimana anak-anak kita perlu diajarkan ketahanmalangan, yaitu seni hidup untuk survive dalam keadaan yang sulit, maka para guru tentu harus lebih dituntut untuk memiliki ketahanmalangan.

Adalah Paul G. Stoltz yang menggulirkan seni ketahanmalangan dalam buku Adversity Quotient : Turning Obstalce Into Opportunitie (Mengubah Hambatan Menjadi Peluang). Dia memperkenalkan konsep mengatasi kesulitan untuk disadari masyarakat luas.

Menurutnya, mengatasi kesulitan, atau AQ, adalah ukuran kemampuan seseorang untuk mengatasi kesulitan. Orang yang tidak dapat mengatasi kesulitan mudah menyerah dan menjadi emosional, kemudian menarik diri dan berhenti berusaha, adalah orang-orang yang tidak memiliki daya juang yang tinggi. Bagi orang-orang yang dapat mengatasi kesulitan dengan baik maka dia akan menjadi pemipin di masa kini dan masa yang akan datang.

3. Mendidik dan membimbing anak secara telaten dengan bermain cantik.

Satu hal yang harus disadari para guru hari ini, bahwasanya anak-anak yang dihadapinya saat ini bukanlah anak-anak zamannya. Dunia telah berubah, dan anak-anak hari inipun menjelma menjadi generasi baru yang diiringi kemajuan teknologi informasi yang pesat dan melimpah. Dunia menyebutnya sebagai generasi Z.

Karenanya guru saat ini dituntut harus semakin terbiasa menggunakan sarana pembelajaran yang beragam melalui teknologi digital. Guru zaman sekarang juga dituntut lebih terbuka, jauh dari sikap otoriter. Selalu mengedepankan dialog interaktif, dan karenanya guru harus meningkatkan kualitas komunikasinya. Guru perlu lebih kreatif dalam mencari dan menerapkan solusi digital untuk meningkatkan dan menyebarkan budaya pembelajaran.

Guru hari ini dituntut harus paham soal hukum, agar tidak terjerembab pada klausal-klausal hukum yang dapat menjeratnya akibat khilaf dan aksi cerobohnya. Guru di masa kini, dituntut bermain cantik dalam membina dan mendidik peserta didiknya. Cantik dalam berbahasa dan berprilaku. Jauh dari sifat menyakiti yang dapat mengiris hati.

Salam Pendidikan!

*Guru SIT Lampu Iman Karawang

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image