Jumat 30 Jul 2021 16:20 WIB

Pelonggaran PPKM dan Malioboro yang Masih Sepi

Pengunjung Malioboro yang sedikit membuat pengawasan PPKM lebih mudah.

Pedagang memasang bendera putih tanda berkabung pada gerobak,l di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (30/7). Pemasangan bendera putih ini sebagai tanda simbolis Malioboro Berkabung oleh Paguyuban Kawasan Malioboro. Hal ini imbas ditutupnya kawasan Malioboro selama pemberlakuan PPKM Darurat. Sehingga pedagang kaki lima sama sekali tidak ada pemasukan selama itu. Mereka meminta pelonggaran masuk ke Malioboro bagi pengunjung. Serta meminta kebijakan yang serta terobosan yang nyata berdampak bagi mereka.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pedagang memasang bendera putih tanda berkabung pada gerobak,l di kawasan Malioboro, Yogyakarta, Jumat (30/7). Pemasangan bendera putih ini sebagai tanda simbolis Malioboro Berkabung oleh Paguyuban Kawasan Malioboro. Hal ini imbas ditutupnya kawasan Malioboro selama pemberlakuan PPKM Darurat. Sehingga pedagang kaki lima sama sekali tidak ada pemasukan selama itu. Mereka meminta pelonggaran masuk ke Malioboro bagi pengunjung. Serta meminta kebijakan yang serta terobosan yang nyata berdampak bagi mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Silvy Dian Setiawan, Antara

Setelah sempat menghentikan sementara aktivitas selama sekitar tiga pekan sejak PPKM berlaku sekitar 30 hingga 40 persen pelaku usaha kawasan wisata Malioboro Yogyakarta kembali berdagang. Denyut kehidupan di Malioboro namun masih senyap seiring dengan sepinya jumlah pengunjung.

Baca Juga

"Sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) dan toko-toko di sepanjang Malioboro sudah kembali buka. Memang belum semuanya buka, baru sekitar 30 sampai 40 persen yang sudah kembali beraktivitas," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta, Ekwanto, Jumat (30/7).

Menurut dia, PKL dan toko yang sudah kembali berjualan tersebut biasanya menjual souvenir dan produk pakaian atau aksesoris. "Ada juga sedikit PKL kuliner dan lesehan di Malioboro yang juga kembali buka," katanya.

Meski sudah ada geliat kegiatan perekonomian, namun Ekwanto menyebut jumlah pengunjung ke kawasan tersebut masih terbilang cukup sepi dibanding kondisi normal. "Sebagian besar adalah pengunjung lokal. Warga Yogyakarta saja, belum ada pengunjung dari luar daerah atau wisatawan," katanya.

Akses jalan menuju Malioboro yang kembali dibuka pekan lalu, lanjut Ekwanto, belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya aktivitas perekonomian di kawasan tersebut. "Akses jalan memang sudah dibuka, tetapi terbatas. Hanya sepertiga dari lebar ruas jalan sehingga lalu lintas pun belum ramai. Mungkin hal ini juga menyebabkan belum seluruh PKL dan toko kembali buka," katanya.

Bagi pelaku usaha yang sudah kembali beraktivitas, Ekwanto meminta agar tetap memenuhi aturan PPKM. Salah satunya menutup usahanya maksimal pada pukul 20.00 WIB dan menjalankan protokol kesehatan secara disiplin.

Sedangkan bagi PKL kuliner atau lesehan juga tetap diminta mematuhi aturan maksimal tiga pengunjung dan waktu makan 20 menit. "Ada lesehan malam yang buka sejak sore karena ada aturan tutup pukul 20.00 WIB. Jumlah lesehan yang buka pun belum banyak," katanya.

Hingga saat ini, Ekwanto mengatakan pengawasan aturan PPKM dan protokol kesehatan masih bisa dilakukan dengan cukup baik oleh petugas keamanan Malioboro, Jogoboro, karena jumlah pengunjung belum terlalu banyak.

"Kondisinya masih cukup kondusif. Jika ada pengunjung yang berkelompok dan nongkrong atau berkerumun, akan kami ingatkan," katanya.

Untuk mengantisipasi kerumunan, sudah dilakukan pengaturan sejak dari tempat parkir. Saat pengunjung di Malioboro sudah mencapai 200-300 orang, katanya, kedatangan wisatawan dengan bus belum diperbolehkan masuk dan ditahan di tempat parkir.

"Bus akan diberikan tanda arahan masuk dan keluar dari Malioboro," jelasnya.

Wisatawan yang masuk ke Malioboro diharuskan membawa dokumen kesehatan bebas dari Covid-19, terutama yang berasal dari luar Kota Yogyakarta. Baik itu RDT antigen maupun PCR yang masih berlaku dan kartu yang menunjukkan telah menjalani vaksinasi Covid-19. Walaupun begitu, selama PPKM level 4 ini belum ada rombongan wisatawan yang datang menggunakan bus ke Malioboro.

Kepala Satpol PP Kota Yogyakarta, Agus Winarno, mengatakan, pedagang di Malioboro yang sudah mulai beroperasi dinilai tertib dalam menjalankan aturan selama PPKM level 4. Sejak diperpanjang pada 26 Juli kemarin, ada pelonggaran selama penerapan PPKM level 4.

"Kami setiap hari melakukan patroli dan selama patroli itu tidak ditemukan pelanggaran. Mereka telah menyadari betapa pentingnya kedisiplinan selama masa pembatasan ini," kata Agus.

Ia menegaskan agar pedagang maupun masyarakat lainnya dapat mematuhi aturan selama PPKM level 4. Ia juga menekankan agar pedagang tidak sungkan untuk mengingatkan pelanggan secara langsung jika melakukan pelanggaran.

"Selain itu, juga tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan 5M yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak, menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas," ujarnya.

Akses masuk ke Malioboro memang masih dibatasi. Kendaraan hanya bisa lewat dari pukul 06.00 hingga 17.00 WIB. Jalur masuk ke Malioboro juga cuma dibuka sepertiga dari lebar jalan.

Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, juga menyebut sebelumnya bahwa selama PPKM level 4 diberlakukan buka tutup jalan. Sultan menuturkan, buka tutup jalan ini dilakukan pada jam-jam tertentu.

"Sehingga, mungkin hanya dua atau tiga hari jalan itu ditutup, nanti pindah di tempat lain," kata Sultan belum lama ini.

Buka tutup jalan ini, kata Sultan, dilakukan agar pedagang maupun PKL dapat berjualan di jalan yang aksesnya ditutup sebelumnya. Sehingga, penerapan buka tutup jalan ini diharapkan dapat memulihkan perekonomian masyarakat.

Ia mencontohkan seperti di Malioboro, buka tutup jalan di kawasan ini dapat dilakukan misalnya selama dua hari. Sehingga, dalam dua hari tersebut tidak ada kegiatan ekonomi.

Namun, setelah dua hari akses ke Malioboro akan dibuka, begitu pun dengan kegiatan ekonominya. Sehingga, penutupan jalan akan dipindahkan ke kawasan lain ketika kegiatan di Malioboro dibuka.

"Misalnya (Malioboro) ditutup dua hari, pindah ke tempat lain yang penting tetap mengurangi mobilitas. Setelah (di Malioboro pedagang) tidak jualan dua hari, akhirnya hari ketiga (dibuka dan) mereka bisa jualan lagi, dengan harapan seperti itu masyarakat juga bisa mencari sesuap nasi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement