Kamis 29 Jul 2021 14:04 WIB

Ilmuwan India Sebut Matahari Makin Tua, Apa Dampaknya?

Ilmuwan mengungkap matahari dan bintang mengalami penurunan keluaran partikel energi.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Dwi Murdaningsih
Matahari (ilustrasi)
Foto: Dailymail
Matahari (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEWDELHI -- Ilmuwan asal Calcutta, India mengajukan penjelasan untuk fenomena misterius yang disebut 'krisis paruh baya' bintang. Krisis ini ialah fenomena dimana Matahari dan banyak bintang lainnya menunjukkan penurunan drastis dalam keluaran partikel energi tinggi dan radiasi. 

Ahli astrofisika Dibyendu Nandy dan rekan-rekannya di Indian Institute of Science Engineering and Research (IISER), Calcutta, memberikan landasan teoretis yang mungkin untuk penurunan aktivitas bintang yang tidak dapat dijelaskan pada bintang yang melewati 'usia paruh baya'. Beberapa penelitian sebelumnya selama dekade terakhir menunjukkan Matahari saat ini melewati apa yang oleh fisikawan disebut fase "pengereman magnet yang melemah" pada usia paruh baya sekitar 4,5 miliar tahun. 

 

Matahari dan bintang-bintang lainnya terus-menerus memuntahkan partikel bermuatan listrik yang disebut angin bintang. Aktivitas yang stabil ini menyebabkan bintang-bintang memperlambat rotasinya selama miliaran tahun. Rotasi yang lebih lambat pada gilirannya mengubah medan magnet bintang dan mengurangi aktivitas bintik matahari, suar, ledakan dari waktu ke waktu. 

 

Fisikawan memperkirakan perlambatan terjadi pada kecepatan yang stabil. Tetapi pengamatan baru-baru ini menunjukkan tingkat pelambatan secara dramatis menurun pada bintang-bintang di usia paruh baya mereka. 

 

"Pengamatan tidak sesuai dengan teori. Tidak ada penjelasan mengapa bintang-bintang tiba-tiba menyimpang dari perilaku yang diharapkan sekitar usia paruh baya," kata Nandy sebagai profesor di IISER Center for Excellence in Space Sciences dilansir dari telegrapindia pada Kamis (29/7).

 

Nandy menjelaskan hipotesis tentang dinamo magnetik sub-kritis dari bintang seperti matahari memberikan dasar fisik yang konsisten untuk keragaman fenomena bintang matahari.

 

"Ini seperti mengapa bintang yang melewati paruh baya mereka tidak berputar secepat yang mereka lakukan di masa mudanya," ucap Nandi. 

 

Studi ini memberikan wawasan kunci tentang keberadaan aktivitas rendah dalam sejarah Matahari baru-baru ini yang juga disebut grand minima - ketika hampir tidak ada bintik matahari yang terlihat. Salah satu grand minima terjadi antara 1645 dan 1715 ketika bintik matahari sangat sedikit diamati. 

 

Para peneliti mengatakan penjelasan memberikan dasar teoretis untuk pengamatan baru-baru ini yang menunjukkan bahwa Matahari tergelincir ke masa depan dengan aktivitas rendah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement