Varian Delta Plus Terdeteksi, Legislator: Perkuat WGS

Kecepatan uji WGH di Indonesia masih banyak terkendala.

Kamis , 29 Jul 2021, 13:37 WIB
Pengendara melintas didepan mural bertema keluarga sehat di Ngemplak, Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau varian delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.
Foto: ANTARA/MOHAMMAD AYUDHA
Pengendara melintas didepan mural bertema keluarga sehat di Ngemplak, Solo, Jawa Tengah, Rabu (14/7/2021). Berdasarkan hasil uji whole genome sequencing (WGS) dari 16 sampel yang dikirimkan Kota Solo ke laboratorium di Jawa Tengah semuanya menunjukan strain berkode B.1.617.2 atau varian delta, hal ini diperkirakan menjadi penyebab melonjaknya angka kasus COVID-19 di Kota Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Anggota Komisi IX DPR RI, Intan Fauzi, mendorong pemerintah untuk memperkuat whole senome sequencing (WGS). Hal tersebut menyusul terdeteksinya virus covid-19 varian delta plus di Indonesia. 

"WGS atau upaya mengetahui penyebaran mutasi SARS-CoV-2 di Indonesia harus diperkuat, sehingga kita memiliki basis dalam pengambilan kebijakan kesehatan. Manfaat WGS sebagai data keseluruhan sangat penting untuk penanganan pandemi, apalagi dengan penambahan kasus positif per hari dan angka kematian yang tinggi, juga pengadaan jenis vaksin yang digunakan", kata Intan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/7).

Namun demikian Politikus PAN itu menilai kecepatan uji WGS di Indonesia masih banyak ditemukan kendala, terutama tidak adanya dukungan dari pemerintah dalam hal anggaran penelitian. Padahal menurutnya para peneliti di lembaga penelitian Indonesia setara dengan para peneliti di luar negeri yang mampu melakukan WGS dan  membuat vaksin. 

Intan mengatakan keunggulan SDM Indonesia tersebut perlu mendapat dukungan anggaran dan sarana prasarana. "Saat ini lembaga penelitian terutama yang berada di berbagai universitas harus melakukan Swadana baik untuk peralatan dan beban biaya operasional para peneliti," ujarnya.

Menurutnya jika pemerintah mau memberi sarana prasarana dan anggaran seperti di luar negeri, ia meyakini para peneliti Indonesia akan berprestasi dan berkontribusi dalam wabah Pandemi dengan hasil WGS termasuk percepatan Vaksin Merah Putih.

Dikatakan Intan Indonesia kini terdapat 17 Lab yang bisa melaksanakan Whole Genome Sequencing, antara lain: Litbangkes-Kemenkes, Eijkman, LIPI, FKUI,  ITB-Labkesda Jabar-UNPAD, ITD Unair,  UGM, UNS, FK Andalas, BPPT, FK UIN, FK UNTAN, FK USU, Universitas UPN Veteran, Clinical Microbiology Lab RSPTN Universitas Hasanuddin dan MRIN UPH.

"Biaya untuk melakukan uji WGH di Indonesia sangat mahal karena tingginya harga mesin & alat Reagan WGS yang masih impor. Juga produsen dan distributor sangat terbatas, sehingga memperlambat penelitian. Perlu ada kebijakan relaksasi pajak dan kemudahan pengadaan peralatan penelitian di masa Pandemi," jelasnya. 

Intan mengingatkan agar Indonesia patut waspada sebab kini sudah ditemukan 197 kasus di 11 negara. Hal ini wajib menjadi alarm bagi Indonesia  untuk melakukan pemantauan dan mitigasi wabah secara dini di seluruh wilayah Indonesia.