Kamis 29 Jul 2021 13:07 WIB

Tunisia Buka Penyelidikan Korupsi Terhadap Partai Ennahda

Ennahda adalah partai dominan di parlemen yang kegiatannya dibekukan presiden Tunisia

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
Aparat keamanan Tunisia berjaga usai Presiden Kais Saied membekukan parlemen dan membubarkan pemerintahan, Ahad (25/7)
Foto: EPA
Aparat keamanan Tunisia berjaga usai Presiden Kais Saied membekukan parlemen dan membubarkan pemerintahan, Ahad (25/7)

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS – Jaksa Tunisia telah membuka penyelidikan dugaan aliran dana kampanye asing dan sumbangan anonim untuk partai Islam Ennahda dan dua partai politik lainnya. Ennahda adalah partai dominan di parlemen yang kegiatannya dibekukan Presiden Kais Saied pekan ini.

Juru bicara kantor kejaksaan keuangan, Mohsen Daly, mengungkapkan penyelidikan terhadap Ennahda dan dua partai lainnya dibuka pada pertengahan Juli lalu. Penyelidikan itu turut dibuka ke badan anti-korupsi nasional dan Komisi Kebenaran dan Martabat Tunisia. Komisi itu dibentuk untuk menghadapi pelanggaran selama beberapa dekade pemerintahan otokratis Tunisia.

Baca Juga

Pada 25 Juli lalu, Presiden Kais Saied memutuskan membubarkan pemerintah dan membekukan parlemen selama 30 hari. Dia memberhentikan Perdana Menteri Hicham Mechihi. Hal itu dia lakukan setelah adanya serangkaian demonstrasi anti-pemerintah.

Saied, selaku presiden, mengambil alih kekuasaan eksekutif untuk sementara. Dia mengatakan akan segera menunjuk perdana menteri baru.

Banyak warga Tunisia mendukung langkah yang telah diambil Saied. Mereka turun ke jalan dan bersorak gembira setelah pemberhentian perdana menteri dan penangguhan parlemen diumumkan. Namun ketua parlemen Tunisia, Rached Ghannouchi, memandang keputusan Saied sebagai kudeta.

Ghannouchi adalah ketua partai Ennahda. Dia mengatakan partainya adalah target sempurna untuk menjadi kambing hitam atas puncak masalah ekonomi, kesehatan, dan lainnya di Tunisia.

Ghannouchi menyebut partainya sedang bekerja untuk membentuk front nasional. Ia hendak melawan langkah Saied menangguhkan parlemen  dan menekannya untuk mengembalikan Tunisia ke sistem demokrasi.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement