Selasa 27 Jul 2021 15:39 WIB

Kasus Covid-19 Naik, BKPM tak akan Revisi Target Investasi

Pemerintah menargetkan investasi tahun ini sebesar Rp 900 triliun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi).
Foto: Tim infografis Republika
Investasi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyatakan, tetap konsisten mengejar target realisasi investasi tahun ini yang sebesar Rp 900 triliun. Meski kini kasus Covid-19 tengah melonjak sehingga berdampak terhadap perekonomian.

Ia pun mengatakan, sampai sekarang belum terpikir merevisi target tersebut. "Memang harus saya akui, kuartal III tantangannya besar karena kita mengalami kenaikan kasus Covid_19, paling tinggi sejak Covid-19 masuk Indonesia, tapi mau revisi target? Belum terpikir," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (27/7).

Menurutnya, kondisi saat ini memang tidak menyenangkan, namun menjadi sebuah tantangan. Maka harus disiasati dengan berbagai strategi dan inovasi.

Ia menyebutkan, ada beberapa kunci, agar realisasi investasi pada kuartal III mendatang tidak terlalu anjlok. "Doakan, pertama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) selesai awal Agustus dan kasus harian Covid-19 semakin baik dan tingkat kesembuhan membaik. Kedua, orang jangan dibuat stres, beritakan yang enak-enak," tuturnya.

 

Kini, lanjutnya, Kementerian Investasi tengah menjalankan beberapa strategi dan pendekatan. "Kasih kami waktu kerja. Kami kerja siang malam agar realisasi investasi bisa tetap capai target," ujar dia.

Bahlil memyebutkan, akan ada beberapa investasi yang akan masuk. Di antaranya perusahaan Cargill dari Amerika Serikat sebesar Rp 5,2 triliun, dijadwalkan groundbreaking dilakukan pada September atau Oktober tahun ini.

"Ada beberapa juga (investasi) akan masuk, namun kami berkomitmen belum bisa di-announce. Nanti kalau sudah waktunya saya sampaikan, karena saya masuk menjadi Kepala BKPM, motto kami, hanya kepada Tuhan kami percaya manusia butuh data," kata dia.

Ia menyebutkan, beberapa investasi tersebut meliputi dari Australia, Amerika Serikat, serta Korea Selatan. Masing-masing nilai rencana investasinya cukup besar, namun Bahlil masih enggan menyebutkan detailnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement