Selasa 27 Jul 2021 07:08 WIB

Tingkat Keterisian RS Rujukan Covid-19 Surabaya Turun

Tingkat keterisian RS rujukan Covid-19 di Surabaya menurun 7 persen

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Esthi Maharani
Seorang paramedis mendorong tangki oksigen di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit yang penuh sesak di tengah kasus COVID-19, di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, Jumat, 9 Juli 2021.
Foto: AP/Trisnadi
Seorang paramedis mendorong tangki oksigen di ruang gawat darurat sebuah rumah sakit yang penuh sesak di tengah kasus COVID-19, di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, Jumat, 9 Juli 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengaku, tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya menurun 7 persen. Semula, tingkat keterisian tempat tidur di RS rujukan Covid-19 di Surabaya tercatat sekitar 90 persen. Adapun saat ini turun menjadi 83 persen. Artinya, kata dia, banyak pasien Covid-19 yang sembuh dan diperbolehkan pulang.

”BOR rumah sakit di Surabaya dari 90 persen sekarang sudah 83 persen," kata Eri di Surabaya, Selasa (27/7).

Eri mengatakan, selain banyaknya pasien sembuh, penurunan BOR di rumah sakit di Surabaya juga disebabkan beberapa faktor. Salah satunya adalah penambahan rumah sakit baru. Contohnya, Rumah Sakit Lapangan Tembak (RSLT) yang berada di Kedung Cowek.

Eri merasa wajar jika tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya tinggi. Sebab, kata dia, sebagai Ibu Kota Provinsi Jatim, rumah sakit di Surabaya menjadi rujukan pasien dari kota/ kabupaten lainnya. Utamanya daerah yang mengalami kondisi berat melawan kasus Covid-19.

"Jadi jangan (mengukur kasus Covid-19) Surabaya  dilihat dari BOR rumah sakit. Kalau lihat dari BOR RS, kesusahan," kata dia.

Eri menyebut, hingga saat ini rujukan pasien dari luar kabupaten/ kota ke rumah sakit di Kota Pahlawan masih terbilang tinggi. Eri mencontohkan, pasien yang dirawat di RSUD dr. Soetomo, tidak semuanya merupakan warga Surabaya.

"Ini mengapa kita harus lihat secara gamblang, jadi jangan dilihat dari BOR-nya, tapi yang sembuh berapa," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement