Senin 26 Jul 2021 17:51 WIB

AS Secara Resmi Akhiri Misi Tempur di Irak

Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan kombatan ISIS tersisa.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Tentara AS di Baghdad,Irak.
Foto: AP/Maya Alleruzzo
Tentara AS di Baghdad,Irak.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhimi pada Senin (26/7) menandatangani perjanjian yang secara resmi mengakhiri misi tempur AS di Irak pada akhir 2021. Misi tempur ini berakhir setelah pasukan AS berada di Irak lebih dari 18 tahun.

Biden dan Kadhimi akan bertemu di Ruang Oval untuk pembicaraan tatap muka pertama mereka. Hal ini sebagai bagian dari dialog strategis antara Amerika Serikat dan Irak. "Sebuah pernyataan yang akan dikeluarkan setelah pertemuan itu akan mengumumkan akhir misi tempur AS di Irak," kata seorang pejabat senior pemerintahan Biden.

Baca Juga

Saat ini ada 2.500 tentara AS di Irak yang fokus melawan kombatan ISIS yang tersisa. Setelah penarikan pasukan, peran AS di Irak akan beralih ke bidang pelatihan dan memberikan masukan kepada militer Irak untuk mempertahankan diri.

Penarikan pasukan ini diperkirakan tidak akan berdampak besar, karena AS telah fokus pada pelatihan pasukan Irak. Dalam beberapa tahun terakhir, misi AS didominasi dengan membantu mengalahkan militan ISIS di Irak dan Suriah.

"Tidak ada yang akan menyatakan misi tercapai. Tujuannya adalah kekalahan abadi ISIS," kata seorang pejabat senior pemerintah AS.

Pernyataan pejabat itu mengingatkan pada spanduk besar bertuliskan, "Mission Accomplished" di kapal induk USS Abraham Lincoln. Ketika itu, mantan Presiden George W. Bush memberikan pidato yang menyatakan operasi tempur besar di Irak pada 1 Mei 2003.

Sebuah koalisi pimpinan AS menginvasi Irak pada Maret 2003, berdasarkan tuduhan bahwa pemerintah pemimpin Irak Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal.  Saddam digulingkan dari kekuasaan, tetapi senjata pemusnah massal itu tidak pernah ditemukan.

 “Jika Anda melihat di mana kami berada, di mana kami memiliki helikopter Apache dalam pertempuran, ketika kami memiliki pasukan khusus AS yang melakukan operasi reguler, itu adalah evolusi yang signifikan. Jadi pada akhir tahun kami pikir kami akan berada di tempat yang baik untuk  benar-benar secara resmi pindah ke peran penasehat dan pengembangan kapasitas," kata pejabat itu.

Pejabat senior pemerintah AS tidak mengatakan berapa banyak pasukan AS yang akan tetap berada di Irak untuk bertugas memberikan pelatihan. Kadhimi telah menjalin persahabatan yang erat dengan AS.

Kadhimi telah mencoba untuk mengontrol kekuatan milisi yang bersekutu dengan Iran.  Tetapi pemerintahan Kadhimi mengutuk serangan udara AS terhadap militan yang bersekutu dengan Iran di sepanjang perbatasannya dengan Suriah pada akhir Juni. Kadhimi menyebut serangan itu sebagai pelanggaran kedaulatan Irak.

Amerika Serikat berencana untuk memberikan 500 ribu dosis vaksin Covid-19 Pfizer/BioNTech kepada Irak, di bawah program Covax. Selain itu, AS juga akan menyediakan 5,2 juta dolar AS untuk membantu mendanai misi PBB dalam memantau pemilihan Oktober di Irak.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement