Sabtu 24 Jul 2021 20:07 WIB

Qurban dengan Wawasan Lingkungan, Ikhtiar di Tengah Pandemi

Berqurban dengan wawasan lingkungan tak lain pemberlakuan protokol kesehatan

Warga muslim (kiri) memberikan daging kurban kepada warga beragama Hindu pada Hari Raya Idul Adha 1442 H di kawasan Padangsambian, Denpasar, Bali, Selasa (20/7/2021). Daging hewan kurban di wilayah itu dibagikan kepada ribuan masyarakat baik yang beragama Islam maupun non Islam sebagai wujud persatuan dan kerukunan antar umat beragama yang ada di Bali.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Warga muslim (kiri) memberikan daging kurban kepada warga beragama Hindu pada Hari Raya Idul Adha 1442 H di kawasan Padangsambian, Denpasar, Bali, Selasa (20/7/2021). Daging hewan kurban di wilayah itu dibagikan kepada ribuan masyarakat baik yang beragama Islam maupun non Islam sebagai wujud persatuan dan kerukunan antar umat beragama yang ada di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—  Umat Islam di Indonesia, terutama di Jawa-Bali menjalankan ibadah qurban dalam suasana pandemi Covid-19 selama dua tahun ini. Pada Hari Raya Idul Adha tahun ini, Di tahun ini, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia berqurban dengan wawasan lingkungan.

“Wawasan lingkungan di sini, kita sebagai umat Islam harus peka terhadap lingkungan. Mengubah kebiasaan berqurban, agar tetap patuh protokol kesehatan dan menjaga kebersihan dari sisa-sisa pemotongan hewan qurban,” ujar Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, KH Chriswanto Santoso.

Baca Juga

Menurutnya, qurban mampu memutar ekonomi pada peternak yang tentunya selama pandemi Covid-19, terimbas penurunan daya beli masyarakat, “Menyelenggarakan qurban pada saat pandemi Covid-19 menciptakan multiplyer effects di kalangan peternak. Sementara, masyarakat bisa meningkatkan imun dengan protein hewani dari pembagian daging qurban,” ujar Kiai Chris, begitu akrab disapa, dalam keterangannya Sabtu (23/7).  

Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia bidang Pendidikan Keagamaan dan Dakwah (PKD), Teddy Suratmadji, menyatakan untuk mematuhi aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), rangkaian ibadah pada Hari Raya Idul Adha, dilaksanakan dengan mematuhi surat edaran Kementerian Agama, 

 

“Pada wilayah PPKM dengan kategori merah hingga hitam, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia meminta warganya melaksanakan sholat Idul Adha di rumah masing-masing terutama di wilayah DKI Jakarta,” ujarnya. 

Departemen PKD menyusun naskah khotbah standar, yang bisa dibaca oleh kepala keluarga saat salat Idul Adha di rumah, “Naskah tersebut disusun untuk memudahkan kepala keluarga atau yang jadi imam sholat di rumah,” ujar Teddy Suratmadji.

Melihat kondisi PPKM dan arahan Ketua Umum DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, menurut Teddy Suratmadji pihaknya juga meniadakan tebar qurban, “Biasanya ada ratusan motor yang membagikan daging qurban hingga pelosok-pelosok di Jakarta dan dilaksanakan serentak di seluruh Indonesia. Gantinya, para petugas mengantar daging ke rumah-rumah tanpa berkumpul di DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, dan meniadakan kupon agar tak menimbulkan antrean,” ujarnya. 

Selain itu, DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia juga memotongkan hewan qurban dari para tokoh masyarakat dan agama, yang kemudian dibagikan kepada masyarakat. Bahkan, ada anggota DPR RI yang mengirimkan sapi ke DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, yang kemudian disembelih dan dibagikan kepada warga di sekitar kantor DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia. 

“Qurban dengan wawasan lingkungan ini penting, kami tetap memperhatikan kondisi namun tak meninggalkan esensi berqurban, yakni ketakwaan kepada Allah dan berbagi,” ujarnya. 

Kepedulian itu juga dalam bentuk membagikan daging qurban kepada warga yang menjalani isolasi mandiri. Seperti yang dilakukan warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia di Semarang, Surabaya, Pontianak dan berbagai daerah lainnya. 

Pada kesempatan terpisah, Ketua DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Sudarsono, mengatakan, pihaknya pada 2021 menerapkan Pengelolaan Qurban Peduli Lingkungan (PQPL). Menurut Sudarsono, PQPL dilaksanakan dalam tiga sisi.   

Sisi pertama, adalah penerapan protokol kesehatan terutama karena kondisi darurat, akibat peningkatan kasus positif Covid-19 yang luar biasa, “Maka pengelolaan qurban 1442 H harus betul-betul memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan,” ujar Sudarsono yang juga Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB).  

Sisi kedua, menurut Sudarsono menitikberatkan pada ekonomi. Dalam pandangannya, kondisi lingkungan yang masih dalam situasi pandemi mempunyai dampak ekonomi yang berat bagi sebagian masyarakat.

“Dengan demikian pengelolaan qurban tahun 1442 H harus betul-betul dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, yang secara ekonomi terdampak oleh pandemi Covid-19,” paparnya. Pembagian daging qurban, dapat meringankan beban ekonomi warga yang daya belinya menurun.  

Dan yang terakhir, sisi lingkungan hidup. Menurutnya, pengelolaan qurban dengan mengedepankan meminimalkan pencemaran lingkungan, “Penyembelihan dikelola sedemikian rupa sehingga tidak sampai mencemari lingkungan akibat darah, isi perut dan kotoran hewan qurban,” tutupnya.  

Menurut Sudarsono, limbah dari penyembelihan hewan qurban bila tidak dikelola dengan baik, akan memberi dampak negatif kepada lingkungan hidup manusia. Apalagi pada kondisi pandemi, menjaga kesehatan sangat penting, agar virus tak memiliki celah menginfeksi tubuh dan pandemi Covid 19 dapat segera berakhir. 

Data yang dihimpun oleh DPP Lembaga Dakwah Islam Indonesia pada 20 Juli 2021, jumlah qurban yang disembelih warga Lembaga Dakwah Islam Indonesia di seluruh Indonesia mencapai 33.908 ternak yang terdiri dari sapi 20.473 ekor dan kambing 13.435 ekor.

Pada 2021 ini menurun karena terimbas pandemi, dibandingkan pada 2020, jumlah qurban mencapai 39.424 ekor dengan rincian 20.848 sapi, 18.556 kambing, dan 20 kerbau.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement