Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Supadilah

Saat PKMM, Menjelang Idul Adha, Malah Ada Demo

Info Terkini | Tuesday, 20 Jul 2021, 07:35 WIB
Pendemo di depan gedung Pemda (Dok. Pribadi)

Saat pandemi Covid-19 sekarang ini, kita dianjurkan menjaga jarak dan mengurangi mobilitas untuk mencegah penularan Covid-19. Apalagi saat PKMM, kita semakin dianjurkan memperketat protokol kesehatan termasuk dua hal di atas.

Namun, bukannya melaksanakan protokol kesehatan di atas, sekelompok pemuda malah menggelar demo.

Kalau demo, bisa dipastikan melanggar prokes. Agak susah kalau tidak melanggar. Lha gimana mau jalankan prokes. Ngumpul-ngumpul dalam jumlah banyak juga jaraknya kurang dijaga.

Ya, kemarin saya kaget, akses jalan dari alun-alun menuju kantor pemerintah daerah (Pemda) ditutup lantaran ada demo. Saya penasaran pengen lihat. Tapi distop sama petugas parkir. Ngasih tanda jangan lewat. Tapi saya tetap penasaran. Saya melajukan motor dengan perlahan. Melipir ke pinggir jalan. Petugas parkir tak melarang.

Saat saya sudah lewat, jalan tadi langsung ditutup oleh polisi. Supaya tidak ada yang lewat lagi.

Penasaran saya terbayar dengan melihat langsung demo tersebut. Isi tuntutannya adalah menolak perpanjangan PKMM, transparansi dana PKMM, dan keberatan penindakan atas warga yang melanggar aturan PKMM.

Di daerah sini, ada seorang ibu-ibu penjual nasi uduk yang didenda Rp 400 ribu karena menjual dagangannya lewat waktu yang ditentukan.

Selain itu, pedagang juga semakin sepi pemasukan. Dari cerita para pedagang yang mengeluhkan dagangan yang semakin hari semakin susah mengais rezeki.

Pendemo itu tidak banyak. Sekira 20 orang saja. Untuk ukuran demo tentu tidak banyak. Mereka berdemo di gedung Pemda. Mereka diterima oleh satpol PP dan polisi. Tak kelihatan ada pejabat daerah di sana.

Dua tiga orang berorasi berlatar spanduk dan boneka. Kelihatan pula tulisan tentang tuntutan mereka. Katanya, Pemda yang tak serius menangani pandemi.

Di zaman demokrasi, wajar saja mereka menyuarakan kepentingan rakyat dengan cara seperti itu; demo. Bahkan saya yakin mereka sebetulnya tidak pengen demo juga. Tapi kadang agar sebuah hal diperhatikan, perlu juga cara seperti itu. Biasanya, cara-cara lembut atau musyawarah tak didengar. Eh, jangan-jangan karena mereka tak punya sarana didengar pula.

Saat saya hendak pulang, ada perwakilan polisi yang meminta satu orang untuk masuk. Berdialog. Tapi diabaikan pendemo. Berkali-kali polisi meminta pendemo diam dan satu perwakilan masuk, tapi pendemo bergeming. Mereka terus berorasi. Semoga tidak ada hal yang menghawatirkan dari demo tersebut. Semoga berjalan damai.

Pendemo berorasi berlatar spanduk dan boneka (Dok. Pribadi)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image