Kamis 15 Jul 2021 15:09 WIB

Warga Afghanistan 'Teman' AS Mulai Dievakuasi

Evakuasi yang disebut Operasi Pengungsi Sekutu akan dimulai pada pekan terakhir Juli

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
 Tentara Amerika Serikat mengecek jasad rekannya yang menjadi korban bom bunuh diri di Maimanah, Faryab, Afghanistan, Rabu (4/4).
Foto: AP/Gul Buddin Elham
Tentara Amerika Serikat mengecek jasad rekannya yang menjadi korban bom bunuh diri di Maimanah, Faryab, Afghanistan, Rabu (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat bulan ini akan mulai mengevakuasi para pemohon visa imigrasi khusus dari Afghanistan yang nyawanya terancam karena pernah bekerja untuk pemerintah AS. Mereka sebelumnya pernah bekerja sebagai penerjemah dan peran lainnya.

Gedung Putih pada Rabu mengatakan evakuasi yang disebut Operasi Pengungsi Sekutu itu akan dimulai pada pekan terakhir Juli. "Alasan kami mengambil langkah ini adalah karena mereka adalah orang-orang yang berani. Kami ingin memastikan bahwa kami mengakui dan menghargai peran mereka selama beberapa tahun terakhir," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki dalam sebuah pengarahan.

Baca Juga

Namun, Psaki menolak menjelaskan lebih jauh tentang jumlah warga Afghanistan yang akan diterbangkan pada evakuasi awal. Menurut Psaki info itu tak dibocorkan karena "pertimbangan operasional dan keamanan" yang tidak boleh disebutkan.

Pemerintahan Biden berada di bawah tekanan anggota parlemen dari kedua partai politik AS dan kelompok advokasi. Tekanan itu menuntut untuk mulai mengevakuasi ribuan pemohon visa imigrasi khusus dari Afghanistan - dan keluarga mereka - yang mengambil risiko pembalasan dari Taliban karena pernah bekerja dengan pemerintah AS.

Kekhawatiran itu meningkat dengan makin banyaknya pertempuran antara pasukan Afghanistan yang didukung AS dan kelompok Taliban dalam beberapa pekan terakhir, di mana Taliban menguasai wilayah dan merebut daerah perbatasan. Seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya mengatakan evakuasi awal akan membawa 2.500 warga Afghanistan. Kemungkinan mereka akan ditempatkan di fasilitas militer AS, kemungkinan besar di AS, sementara aplikasi visa mereka diproses.

Belum ada keputusan mengenai pangkalan khusus yang akan digunakan bagi para warga Afghanistan itu, kata pejabat tersebut. Program Visa Imigran Khusus tersedia untuk orang-orang yang bekerja dengan pemerintah AS atau pasukan militer yang dipimpin AS selama perang Afghanistan sejak 2001.

Program serupa juga tersedia bagi warga Irak yang bekerja dengan pemerintah AS di negara itu setelah invasi yang dipimpin AS pada 2003, tetapi tidak ada aplikasi visa yang diterima setelah September 2014. Presiden Joe Biden telah menetapkan berakhirnya misi militer AS di Afghanistan secara resmi pada 31 Agustus.

Jenderal AS yang memimpin misi itu, Austin Miller, menyerahkan komando pada sebuah upacara pada Senin (12/7), yang merupakan akhir simbolis dari perang terpanjang Amerika Serikat. Pada pertemuan di Gedung Putih pada Rabu, Biden berencana memberi tahu Miller bahwa penarikan pasukan AS adalah "bukti kepemimpinannya", kata seorang pejabat senior Gedung Putih.

Evakuasi awal diharapkan akan menggunakan pesawat sewaan sipil dan akan mencakup warga Afghanistan yang sedang menunggu proses aplikasi visa mereka dan keluarga mereka. Demikian keterangan menurut sumber yang mengetahui hal tersebut.

James Miervaldis, ketua kelompok No One Left Behind yang telah mendesak evakuasi bagi warga Afghanistan yang berafiliasi dengan AS, menyebut dimulainya evakuasi itu sebagai perkembangan yang sangat positif. Namun, Miervaldis mengatakan lebih banyak upaya akan diperlukan. Ini karena kemungkinan ada puluhan ribu warga Afghanistan yang mungkin ingin meninggalkan negara itu sambil menunggu visa mereka diproses.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement