Rabu 14 Jul 2021 07:47 WIB

Pasukan AS di Afghanistan Tinggal Tersisa 5 Persen

AS menyerahkan lebih dari tujuh fasilitas militer kepada Kemenhan Afghanistan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan
Foto: ap
Pasukan Amerika Serikat (AS) di Afghanistan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Proses penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan sudah mencapai lebih dari 95 persen. Komando Pusat AS (CENTCOM) pada Selasa (13/7) mengatakan, 984 muatan material C-17 telah meninggalkan Afghanistan dan lebih dari 17 ribu peralatan akan dihancurkan.

"Sebanyak 17.074 peralatan itu hampir seluruhnya milik pribadi federal. Sebagian besar peralatan ini bukan barang pertahanan atau dianggap sebagai peralatan utama," kata CENTCOM, dilansir Anadolu Agency, Rabu (14/7).

Baca Juga

AS secara resmi menyerahkan lebih dari tujuh fasilitas militer kepada Kementerian Pertahanan Afghanistan. Di tengah penarikan pasukan asing, pasukan Afghanistan dan Taliban terlibat pertempuran. Taliban telah menduduki sejumlah distrik utama Afghanistan.

Badan pengungsi PBB (UNHCR) pada Selasa (13/7) mengatakan, sebagian vesar warga Afghanistan diperkirakan akan meninggalkan rumah mereka karena meningkatnya kekerasan. UNHCR memperingatkan hal tersebut, ketika Taliban menguasai sebagian besar distrik penting di Afghanistan sebagai tanggapan atas penarikan pasukan asing pimpinan Amerika Serikat (AS).

"Afghanistan berada di ambang krisis kemanusiaan. Ini dapat dihindari. Ini harus dihindari," ujar juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR), Babar Baloch.

Baloch mengatakan, kegagalan untuk mencapai kesepakatan damai di Afghanistan akan menyebabkan terjadinya gelombang pengungsi. Hal itu dapat berdampak pada negara tetangga dan sekitarnya.

UNHCR mengatakan, sekitar 270 ribu warga Afghanistan telah mengungsi di sejak Januari. Sehingga total penduduk yang terpaksa meninggalkan rumah mereka menjadi lebih dari 3,5 juta. Menurut UNHCR, Iran dan Pakistan menampung hampir 90 persen pengungsi Afghanistan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement