Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ika Bunda i i

Pendidikan Seks Dalam Islam, Seperti Apa?

Eduaksi | Saturday, 03 Jul 2021, 06:36 WIB

Oleh Ika Misfat Isdiana (aktivis muslimah dan seorang ibu)

Publik kembali dibuat heboh oleh dunia keartisan. Dikarenakan pembicaraan artis senior tentang pendidikan seks. Dimana pendampingan terhadap anak yang menonton BF dianggap sebagai cara pendidikan seks. Yang tersebar luas dijagat maya.

Merupakan pilihan yang menjadi buah simalakama bagi orang tua zaman sekarang. Karena disatu sisi, fakta remaja menonton BF adalah kelaziman karena perkembangan zaman. Sementara di sisi lain orang tua tak ingin anaknya rusak. Dan merasa takut dianggap kolot jika melarangnya. Yang pada akhirnya mengakibatkan perenggangan hubungan orangtua dan anak. Hal yang menghambat proses pendidikan orangtua dirumah.

Sebelumnya, seorang penyanyi muda, anak pelawak senior juga tak malu mengakui dirinya tidak lagi perjaka. Hal yang menurutnya wajar jika anak zaman sekarang tidak perjaka.

Salah kaprahnya pemahaman terhadap pendidikan seks ini membuat masyarakat was-was. Bertambah lagi PR para orang tua dirumah. Karena artis adalah publik figur yang menjadi tuntunan selain tontonan bagi masyarakat. Sikapnya mengenai pendidikan seksual sungguh sangat berpengaruh besar. Utamanya bagi para remaja. Dimana secara fakta, hal tersebut lebih mengarah pada perbuatan pornografi dan provokasi daripada pendidikan seks. Hal yang sangat berbahaya bagi perkembangan generasi muda.

Pornografi dan provokasi buah kebebasan berekspresi

Pornografi dan perbandingan dianggap sebagai pendidikan sekaual. Atau tren yang umum dilakukan adalah bentuk kerusakan moral dalam masyarakat. Fakta tersebut membuktikan pada kita bahwa saat ini kita berada dalam sistem sekuler neo-liberal. Dimana kebebasan berekapresi dijunjung tinggi. Bahkan walau melabrak norma susila bahkan norma agama. Parahnya lagi hal itu dipertontonkan pada khalayak. tak lagi malu-malu dan sembunyi-sembunyi. Kebebasan gaya baru ini terlihat semakin bobrok dan merusak. Alih-alih menjunjung tinggi martabat manusia. Ide ini justru menjerumuskan manusia pada prilaku hewan yang hina. Dimana malu tak lagi mendapatkan tempat. Salah satu sifat pembeda manusia dengan makhluk yang lain, selain akalnya.

Asumsi bahwa menemani anak nonton BF adalah normal sebagai bentuk kepedulian orang tua terhadap pendidikan seks anak. Atau pengakuan blak-blakan remaja yang tidak lagi perjaka pun dianggap sebagai sebuah kejujuran. Asumsi ini adalah asumsi sesat yang menyesatkan. Yang melahirkan perilaku menyimpang. Sebagai dampak buruk akibat sistem sekularisme neoliberal.

Pondasi pendidikan seks yang benar

Ada sebuah kalimat populer dimana Malu adalah bagian dari iman. Perkataan tersebut bukanlah hadis. Namun merupakan nasehat yang baik bagi seorang muslim. Bagi dunia pendidikan seks apalagi.

Sebagai percontohan keluarga lukman diabadikan dalam alquran. Penghargaan istimewa bagi seorang ayah atas kehebatannya mendidik anak turunnya. Apa teladan yang telah dilakukan Lukman dalam mendidik anak-anaknya. Adakah pendidikan seksual juga yang bisa kita tiru?

Jika alquran saja mengabaikannya, maka konsep pendidikan yang diadopsi oleh Luqman adalah konsep yang benar serta sejalan dengan perkembangan zaman. Karena alquran peraturan hidup yang sempurna dan paripurna.

Keluarga lukman mengajarkan pendidikan seks yang ideal sesuai dengan konsep islam. Dimana pondasi pendidikan tersebut adalah rasa malu. Namun, apakah definisi malu yang sebenarnya? Malu yang sebenarnya adalah sikap yang didasari oleh keimanan, untuk tidak menyekutukan Allah. Sehingga seorang hamba akan selalu merasa diawasi oleh allah. Rasa malunya adalah malu kepada allah. Sehingga dia tidak berani bermaksiat dalam keadaan sendirian apalagi ditengah keramaian karena Allah maha tahu. Sebagaimana nasehat luqman kepada anakanya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاِ ذْ قَا لَ لُقْمٰنُ لِا بْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِا للّٰهِ ۗ اِنَّ الشِّرْكَ لَـظُلْمٌ عَظِيْمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.""

(QS. Luqman 31: Ayat 13)

serta ayat selanjutnya,

يٰبُنَيَّ اِنَّهَاۤ اِنْ تَكُ مِثْقَا لَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِيْ صَخْرَةٍ اَوْ فِى السَّمٰوٰتِ اَوْ فِى الْاَ رْضِ يَأْتِ بِهَا اللّٰهُ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَطِيْفٌ خَبِيْرٌ

"(Luqman berkata), "Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui."

(QS. Luqman 31: Ayat 16)

pertanggungjawaban yang detil atas setiap hal yang dilakukan manusia membuatnya berfikir lebih bijak. Sehingga sikap malu ini bisa mengontrol seorang individu untuk menjauhi perilaku maksiat walau perilaku tersebut dilegalkan oleh zaman.

Bahkan saat orang tua sekalipun merestui anaknya berbuat maksiat, maka anak tersebut berani untuk menolak. Karena rasa malunya yang besar kepada allah. Sebagaimana tertulis dalam quran surat luqman ayat 15. Justru Allah yang menjadi pembela bagi anak tersebut. Anak yang berani menolak perintah maksiat dari orang tuanya.

Inilah sesungguhnya konsep yang benar dan manusiawi dari pendidikan seks. Yang akan menghantarkan manusia pada martabat yang mulia. Konsep pendidikan seksual sesuai dengan syariat islam.

Namun, konsep yang baik tersebut mendapatkan Batu sandungan untuk diamini dan diterapkan. Dimana batu sandungan itu adalah sistem sekuler neo liberal. Yang semakin menampakkan kebejatannya. Dalam merusak moral dan martabat generasi muda.

Sebagai orang tua tentu kita tidak menginginkan generasi muda mendatang menjadi generasi yang rusak. Karena mereka adalah penerus peradaban negri ini. Ada harapan besar perbaikan di puncak mereka. Sudah sewajarnya kita memperjuangkan konsep pendidikan seks yang sesuai dengan syariat islam. Agar peradaban mendatang menjadi peradaban mulia. Yang melahirkan generasi penerus bangsa yang mulia.

Tinggal kita yang harus menjawab sebuah pertanyaan mudah. Pendidikan seks dalam islam ada dan terbukti mulia. Lantas. Maukah kita menerapkannya?

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image