Selasa 29 Jun 2021 22:02 WIB

Anak Palestina Merasa Ditinggalkan Komunitas Internasional

Anak-anak Palestina punya perasaan tidak berdaya dan putus asa tentang masa depannya

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Serang anak mengibarkan Palestina berdiri di atas reruntuhan gedung Al Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.
Foto: AP/John Minchillo
Serang anak mengibarkan Palestina berdiri di atas reruntuhan gedung Al Jalaa yang hancur oleh serangan udara Israel, Gaza, Jumat (21/5) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Organisasi hak anak Save the Children melaporkan empat dari lima anak di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur, yang rumahnya telah dihancurkan oleh otoritas Israel, telah kehilangan kepercayaan. Mereka ditinggalkan oleh dunia.

Laporan yang diterbitkan pada Senin (28/6) tersebut berjudul Harapan di Bawah Reruntuhan: Dampak Kebijakan Penghancuran Rumah oleh Israel Terhadap Anak-anak Palestina dan Keluarga Mereka. Laporan itu dibuat berdasarkan wawancara dengan 217 keluarga Palestina di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur. Ratusan keluarga Palestina itu telah kehilangan rumah mereka karena dihancurkan oleh otoritas Israel dalam sepuluh tahun terakhir tahun.

Baca Juga

Dari anak-anak yang disurvei, 80 persen mengatakan mereka telah kehilangan kepercayaan pada kemampuan masyarakat internasional, termasuk pihak berwenang dan bahkan orang tua mereka untuk membantu serta melindungi mereka. Dalam laporan itu disebutkan anak-anak Palestina memiliki perasaan tidak berdaya dan putus asa tentang masa depan mereka. Semua nama anak-anak yang diwawancarai ditulis dengan nama samaran dalam laporan tersebut.

"Tidak ada yang menghentikan mereka dari menghancurkan rumah kami dan hidup kami. Jadi mengapa saya harus repot-repot memimpikan masa depan yang baik?” ujar Fadi, yang berusia 16 tahun dilansir Aljazirah, Selasa (29/6).

Laporan tersebut juga menemukan 76 persen orang tua merasa tidak berdaya dan tidak dapat melindungi anak-anak mereka setelah kehilangan rumah. Mayoritas juga mengatakan mereka merasa malu, jengkel, dan marah. Sementara 35 persen menuturkan secara emosional para orang tua merasa jauh dari anak-anak mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement