Jumat 25 Jun 2021 22:04 WIB

Masyarakat Antusias Gotong Royong Membantu APD Tenaga Medis

Bantuan dan kepedulian masyarakat terhadap keselamatan para medis sangat dihargai

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Subarkah
Tenaga kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) sebelum mengantarkan obat dan makanan untuk pasien Covid-19 di Gedung BLK Manggahang, Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (13/6). Berdasarkan hasil data yang dihimpun dari situs covid19.bandungkab.go.id hingga (12/6) pukul 04.17 WIB tercatat kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Bandung sudah mencapai 15.652 kasus dan angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 265 orang sementara jumlah pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 13.870 kasus. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Tenaga kesehatan mengenakan alat pelindung diri (APD) sebelum mengantarkan obat dan makanan untuk pasien Covid-19 di Gedung BLK Manggahang, Baleendah, Kabupaten Bandung, Ahad (13/6). Berdasarkan hasil data yang dihimpun dari situs covid19.bandungkab.go.id hingga (12/6) pukul 04.17 WIB tercatat kasus terkonfirmasi Covid-19 di Kabupaten Bandung sudah mencapai 15.652 kasus dan angka kematian akibat Covid-19 sebanyak 265 orang sementara jumlah pasien yang dinyatakan sembuh mencapai 13.870 kasus. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID -- Alat Perlindungan Diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani pasien terinfeksi virus corona masih sangat terbatas. Walhasil, banyak petugas medis menggunakan perlengkapan APD alternatif tidak atau di luar standar seperti menggunakan helm hingga jas hujan.

"Atas bantuan gotong royong masyarakat, alhamdulillah sekarang sudah berhasil terkumpul dan terdistribusi sampai 105.000 buah. Tapi ini masih sangat kurang mengingat peningkatan kasus yang cepat dan banyak," kata Ketua IDI Daeng M Faqih kepada Republika beberapa hari lalu. 

Kebutuhan APD sejalan dengan peningkatan jumlah penderita virus covid-19. Menurutnya kebutuhan APD mencapai 20 persen dari jumlah pasien terjangkit virus. Daeng menjelaskan tiap rumah sakit biasanya memberlakukan sistem jaga bergilir atau shift jaga untuk merawat pasien. Idealnya dalam sehari ada tiga shift jaga, tetapi karena darurat bisa hanya dua putaran jaga saja.

Ia melanjutkan, setiap shift minimal ada tenaga dokter konsulen, dokter jaga, perawat, petugas gizi, petugas bersih-bersih dan petugas sampah medis. Artinya, dibutuhkan paling tidak lima hingga enam set APD dalam satu giliran jaga.

"Artinya, kami prediksi kebutuhan minimal APD adalah jumlah petugas per shift jaga dikali jumlah shift dalam sehari dikali jumlah keseluruhan pasien yang dirawat dikali berapa hari dirawat. Kemudian dikalikan lagi lima untuk mencapai 100 persen dari total keseluruhan yang terjangkit,'' kata Daeng.

Selain itu, lanjutnya, ditambah kebutuhan APD di ambulance yang antar jemput pasien serta dilab dan puskesmas atau fasislitas kesehatan tingkat pertama tempat pemeriksaan pertama pasien. 

APD minim penyebab paparan Covid-19 tenaga medis

Ketua Satgas Covid-19 IDI, Profesor Zubairi Djoerban mengungkapkan bahwa minimnya APD menjadi salah satu penyebab pemaparan Covid-19 ke tenaga medis. Hasilnya mereka tertular penyakit yang berujung pada kematian.

Ia menyayangkan bahwa kinerja tenaga medis saat ini tidak didukung sistem yang memadai. Padahal, dia mengatakan, para tenaga medis sudah bekerja semaksimal mungkin memerangi virus Corona.

"Jadi kami minta tolong bahwa terus terang kami ini crying for help, kami ini meminta pertolongan," katanya.

Terbatasnya APD juga diakui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Solo, Tenny Setyoharini yang juga menjadi penanggung jawab hotline posko kesiapsiagaan covid 19 Dinas Kesehatan Kota Solo.

Namun demikian menurutnya pihaknya berkordinasi dengan fasilitas layanan kesehatan untuk pemenuhan APD. "APD Sangat terbatas tapi masih ada. Dinas kesehatan berkoordinasi rutin dengan fasilitas layanan kesehatan untuk pemenuhan APD nya. Bantuan pemerintah pusat diterimakan langsung ke Rumah sakit," kata Tenny.

Ia pun mengapresiasi masyarakat yang berupaya untuk membantu dengan memberikan sumbangan berupa hand sanitizer dan lainnya.  "Untuk gerakan itu ad dari komunitas yang mengirim hand sanitizer," katanya. 

Ketua IDI Solo, Adji Suwandono pun sangat mengapresiasi masyarakat yang melakukan gerakan penggalan dana untuk APD untuk membantu tenaga medis menangani pasien. "Monggo, terimakasih sekali kalau ada yang tergerak untuk membantu," katanya. 

Kurangnya APD bagi tenaga medis memang telah memantik semangat masyarakat untuk gotong royong dalam memenuhinya. Seperti pada platform penggalangan dana kitabisa.com setidaknya ada beberapa penggalang yang membuka donasi untuk penanganan wabah corona. 

Seperti yang dibuka langsung oleh kitabisa.com dengan tajuk 'Selamtkan Nyawa Sesama', hingga Rabu (25/3) dana yang terkumpul sudah mencapai lebih dari Rp 10.5 miliar. Sedangkan penggalangan dana yang dibuka oleh Rumah Zakat dengan tajuk Stok 'APD Menipis, Bantu Ribuan Tenaga Medis' sumbangan dananya sudah mencapai Rp 665 juta. 

"Respons masyarakat sangat baik, poisitif. Ini karena memang Indonesia ini negara yang paling dermawan. Jadi ketika ada satu kondisi darurat yang kemudian itu membutuhkan bantuan, maka masyakat ini berbondong-bondong segera melakukan gotong royong. Ini bisa dilihat juga di tren transaksi Rumah Zakat yang terus naik dan terus tumbuh," kata CEO Rumah Zakat, Nur Efendi

Sosiolog yang juga Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Prof Musni Umar menjelaskan kecenderungan meningkatnya secara drastis jumlah pasien yang positif terserang virus Corona dan banyaknya yang meninggal dunia, telah menggugah solidaritas sosial berbagai kelompok dan individu dari bangsa Indonesia untuk memberikan bantuannya. 

"Solidaritas kemanusiaan hadir ditengah-tengah masyarakat untuk menolong sesama yang ODP (Orang Dalam Pengawasan) dan PDP (Pasien Dalam Pengawasan) serta mereka yang sudah positif terinfeksi wabah virus Corona,'' tegasnya.

Selain itu, solidaritas kemanusiaan kini juga muncul untuk mensupport para dokter dan paramedis dengan menyediakan APD (Alat Pelindung Diri) yang masih sangat kurang. "Solidaritas lain yang hadir ditengah-tengah masyarakat adalah menghimpun dana untuk menolong mereka yang amat membutuhkan, serta ada pengusaha yang siap menanggung biaya bagi mereka yang positif terpapar virus Corona. Ini jelas membuat kita terharu dan bangga," katanya. 

Menurut Musni Umar yang tidak kalah penting adalah peran para ulama yang senantiasa memberikan contoh kepada masyarakat dalam melawan covid-19. Dukungan doka bersama untuk mendoakan agar wabah ini dapat segera berakhir menjadi sangat penting. Serta peran lembaga filantropi kini muncul juga sangat esensial dalam penanggulangan wabah corona sekarang ini.

"Seperti Abdullah Gymnastiar (Aagym) dan banyak ulama berdoa untuk keselamatan seluruh bangsa Indonesia semoga serangan virus Corona segera berakhir. Solidaritas sosial dalam wujud filantropi diharapkan terus bergelora di tengah-tengah masyarakat sampai bangsa ini terbebas dari virus Corona. Tujuannya adalah melangkah bersama menolong seluruh bangsa Indonesia yang terpapar virus corona ini,'' ungkapnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement