Jumat 25 Jun 2021 18:30 WIB

Erick Thohir: Baru 40 Persen BUMN Siap Berkompetisi

Erick Thohir mengatakan, 60 persen BUMN masih bergantung pada penugasan pemerintah.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Dwi Murdaningsih
Menteri BUMN Erick Thohir
Foto: Republika
Menteri BUMN Erick Thohir

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menegaskan keseriusannya dalam mengubah paradigma perusahaan pelat merah lewat sejumlah program transformasi. Erick menyebut, BUMN memiliki potensi yang sangat besar, tetapi belum dioptimalkan.

"Kalau orang melihat dari luar itu kan BUMN besar banget, setelah saya masuk ternyata lebih besar lagi. Kita harus merampingkan jumlah BUMN, toh yang memberikan dividen ke negara itu ya 10 sampai 12 perusahan saja," ujar Erick dalam akun Instagram-nya, @erickthohir, pada Jumat (25/6).

Baca Juga

Sejak awal, Erick memberikan tantangan kepada Kementerian BUMN dan perusahaan BUMN untuk bertransformasi. Erick menilai, transformasi tak cukup pada tatanan korporasi, tetapi juga pada aspek individu di dalam BUMN. 

Erick mengatakan, transformasi lewat perubahan model bisnis amat menentukan masa depan BUMN. Sejauh ini, ia menambahkan, hanya sekitar 40 persen yang sudah sudah siap berkompetisi secara terbuka dengan perusahaan asing dan swasta. Sementara, 60 persennya masih bergantung pada penugasan atau berada dalam situasi zona nyaman.

"Tidak mungkin transformasi terjadi tanpa human capital. Kementerian (BUMN) saya ubah, pimpinan-pimpinan seperti korporasi, kita jangan perpanjang birokrasi, tapi kita harus melakukan transformasi secara bersama," ucap Erick.

Erick mengatakan, pentingnya sinergitas direksi dengan komisaris. Erick menyebut, dewan direksi memegang kendali langsung dalam keseharian operasional perusahaan. Sementara, komisaris memiliki tugas pengawasan untuk memastikan apakah target indikator kinerja utama terlaksana dengan baik. 

"Kerja sama tim jadi kunci. Kita juga tidak mau di kala negara membutuhkan, kita hanya bagian yang bisa mengkritik atau menonton dari luar," kata Erick menambahkan.

Erick mengajak seluruh direksi dan komisaris BUMN untuk mengikuti program BUMN Learning and Management Institute (BLMI) dalam upaya percepatan transformasi BUMN. Erick menilai, program ini sangat positif dalam mengakselerasi transformasi lewat sejumlah agenda terkini, seperti perubahan model bisnis pascapandemi Covid-19.

"Program ini sangat positif, ini bagian perubahan kultur, kalau individu direksi dan komisaris tidak percaya dengan transformasi ini, ya enggak usah ikut," ungkap Erick. 

"(Berpikirnya) ini BUMN loh pasti diselamatkan, terus kalau ada apa-apa, rugi nanti dikasih sama negara, kalau ada apa-apa ditombokin," ujar Erick. 

Erick tak ingin pola pikir BUMN seperti demikian. Bagi Erick, BUMN harus memosisikan diri sebagai perusahaan kompetitif dan memberikan dividen sebesar-besarnya kepada negara. Terlebih saat ini, kata Erick, negara membutuhkan pemasukan baru di luar pajak untuk membangun program rakyat.

"Kalau BUMN ini roboh, tidak ada tulang punggung lagi karena kita kan salah satu tulang punggung. Saya sangat serius mengawal BUMN terhadap perubahan human capital dan model bisnisnya, saya pastikan perhatikan secara detail," kata Erick. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement