Jumat 25 Jun 2021 12:47 WIB

Kisah Siswa Madrasah Sembilan Tahun Hafal 30 Juz Alquran

Seorang bocah menghafal seluruh Alquran dalam waktu tiga tahun.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Muhammad Ahsan Bukhori (9 tahun), siswa kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, berhasil menghafal 30 juz Alquran.
Foto: Dok Republika
Muhammad Ahsan Bukhori (9 tahun), siswa kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, berhasil menghafal 30 juz Alquran.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Muhammad Ahsan Bukhori (9 tahun), siswa kelas tiga Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus, Jawa Tengah, berhasil menghafal 30 juz Alquran. Hafalan itu didapatnya selama tiga tahun masuk madrasah ibtidaiyah yang setara dengan sekolah dasar. 

Siswa berusia sembilan tahun asal Bandung ini bercerita tentang kiatnya memasukan seluruh ayat Alquran ke dalam memorinya. Sejak awal, dia memang memiliki minat menjadi seorang hafiz Alquran. Untuk itulah dia mendaftar ke Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran TBS, sebuah lembaga pendidikan Islam berbagai jenjang yang memiliki program khusus tahfiz untuk usia dini.

Baca Juga

Di madrasah yang terletak di Kelurahan Krandon, Kecamatan Kota Kudus itu, Ahsan digembleng hafalan dengan beban setoran satu halaman per hari. Proses itu dilakoninya dengan tekun hingga berhasil khatam dalam tempo tiga tahun. Padahal di lembaga itu, Ahsan tidak hanya mendapat beban hafalan saja, tetapi juga mendapat pendidikan formal sebagaimana sekolah biasa.

Ahsan bercerita tentang kiatnya membagi waktu dan menjaga agar setoran hafalan Alquran dapat dilakukan dengan lancar. "Ustaz selalu ngendikan (menyampaikan), baca dulu berulang kali ayatnya, jika sudah yakin maka coba untuk menghafal tanpa melihat Alquran," kata Ahsan, Kamis (24/6).

 

Menurutnya, terdapat hal-hal non teknis yang membuat proses belajarnya mendapat kemudahan. Ahsan selalu minta doa ayah dan ibu, niat sungguh-sungguh, serta tidak boleh ngantuk apalagi ngobrol ketika hafalan. "Sama ustaz juga harus hormat dan patuh agar bisa cepat hafal," ujarnya.

Di madrasah ini, tidak hanya Ahsan yang mampu menghafal Alquran. Tahun ini 29 rekan seangkatannya juga berhasil menyelesaikan hafalan 30 Juz.

Kepala Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran TBS, KH Saeun, menyampaikan, sekolah yang dipimpinnya selain mengedepankan prestasi akademik juga memberikan hafalan Alquran bagi siswa yang masuk jalur tahfiz. 

Menurutnya, pelajaran sekolah dan hafalan Alquran merupakan beban yang berat bagi siswa. Namun dengan kehidupan di pesantren yang terkontrol 24 jam, internalisasi ilmu dan karakter menjadi maksimal. Sekolah ini tidak ingin memproduksi orang pintar saja, tetapi harus disertai etika dan akhlak yang baik sesuai tuntunan Alquran.

"Tidak mudah menciptakan generasi Qurani yang juga memiliki kapabilitas akademik. Beban yang berat itu menuntut partisipasi penuh antara pihak sekolah, siswa, dan juga dukungan spiritual dari orang tua. Doa dan tirakat orang tua sangat membantu lancarnya hafalan anak-anak," ujarnya.

Kiai Saeun mengatakan, terkadang ada juga anak yang mogok hafalan. Bila ini terjadi pihak sekolah akan mengkomunikasikan dengan tiga pihak, yaitu pengasuh pesantren, ustaz, dan orang tua. Bila semuanya bertindak positif, biasanya ada solusi dan pembelajaran berjalan kembali.

"Kegiatan pembelajaran memiliki durasi cukup panjang, yaitu pukul lima pagi hingga jam delapan malam. Mulai subuh hingga pukul tujuh pagi anak-anak harus setoran hafalan hingga waktunya sekolah," jelasnya.

Kiai Saeun menceritakan, setelah selesai sekolah, kegiatan dilanjutkan lagi dengan tahfidz sampai selesai di malam hari. Di sela-selanya terdapat istirahat, mandi, makan, dan aktivitas lainnya. Program tahfiz harus sinergis dengan sekolah, karena anak-anak tidak boleh dibebani pekerjaan rumah atau pekerjaan lain yang dibawa pulang.

Saat ini dari 307 siswa Madrasah Ibtidaiyah NU Tahfidzul Quran TBS, 30 di antaranya telah hafal 30 Juz. Sisanya, sekitar 70 persen dari mereka sudah mencapai hafalan lebih dari 20 Juz. "Ini semua menjadi tanggung jawab semua pendidik,” kata Kiai Saeun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement