Kamis 24 Jun 2021 22:40 WIB

Covid-19 Menggila, Prof Haedar Ajak Semua Waspada dan Patuh

Prof Haedar mengajak semua pihak taati prokes dan jangan sebarkan hoaks

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengajak semua pihak taati prokes dan jangan sebarkan hoaks
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengajak semua pihak taati prokes dan jangan sebarkan hoaks

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengingatkan semua pihak semakin waspada. 

Hal ini mengingat kenaikan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia yang cukup memprihatinkan. Hari ini, Kamis (24/6), data Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus Covid-19 di Indonesia menembus angka 20.574. "Masyarakat agar semakin berdisiplin tinggi ikuti protokol kesehatan. Sebaiknya jangan bepergian, kecuali sangat mendesak dan aman secara prokes. Kegiatan yang melibatkan banyak orang dan tidak mendesak semestinya dihentikan," kata Haedar, Kamis (24/6). 

Baca Juga

Dia menekankan, masyarakat harus menaati ketentuan PPKM dan jangan mencari celah untuk melanggar, jangan abai dan merasa aman, apalagi angkuh serta tidak peduli. Haedar mengingatkan, masalah pandemi ini menyangkut keselamatan jiwa bersama.

Jadi, bukan lagi urusan kelompok atau orang per orang karena satu saja di antara warga lalai, abai, ceroboh dan nekad berpengaruh kepada yang lain. Sudah saatnya semua warga bangsa bersikap super waspada dalam menghadapi keadaan genting ini.

"Masalah ini bukan soal sikap takut atau tidak takut serta paranoid atau tidak, melainkan menyangkut pertaruhan keselamatan jiwa dan hajat hidup manusia keseluruhan yang harus dijaga dengan seksama serta agar kasus Covid-19 tidak semakin berat," ujar Haedar.

Untuk itu, Haedar meminta pemerintah dari pusat sampai daerah dengan seluruh kelembagaannya agar betul-betul menerapkan kebijakan yang konsisten, terpadu, dan berada dalam satu langkah yang sama. Termasuk, menerapkan kebijakan PPKM.

Sebab, inkonsistensi akan membuat langkah penanganan covid menjadi maju mundur atau fluktuatif, yang akhirnya kondisi bisa tidak terkendali. Pejabat dan elit negeri dari pusat sampai daerah juga penting menyatukan sikap dan langkah.

Disertai keteladanan dalam menegakkan protokol kesehatan dan tidak memberi angin kepada warga yang membuat semuanya jadi longgar dan lalai. Bila prihatin dengan keadaan, maka semua pihak semestinya semakin waspada dan seksama.

"Dan berusaha seoptimal mungkin dalam mengatasi keadaan pandemi dengan total dan simultan," kata Haedar. 

Kepada cerdik pandai dan elite manapun, saatnya menyatukan pandangan dan langkah dalam meringankan beban. Jangan melontarkan atau memproduksi ujaran, pernyataan dan apapun yang menegasikan virus, usaha vaksinasi dan menimbulkan kontroversi.

"Kasihan rakyat kecil yang semakin berat menghadapi keadaan akibat Covid-19, juga tenaga kesehatan di garda depan dan menjadi benteng terakhir mengatasi pandemi," ujar Haedar.

Kasus yang meningkat semakin menambah berat tugas dokter, tenaga kesehatan dan rumah sakit maupun petugas yang menangani covid. Mereka yang menangani pasien covid juga rawan tertular, secara fisik dan psikologis kian berat bebannya.

Sikap empati dan simpati semua warga dan elite bangsa kepada kondisi rumah sakit dan nasib dokter dan tenaga kesehatan sangat diperlukan. Mereka bertugas penuh resiko, termasuk menghentikan kontroversi yang menegasikan pandemi dan vaksinasi .

Sebab, pengaruhnya tidak positif dalam usaha menangani covid yang semakin berat itu. Ini saatnya semua rendah hati, menahan diri, toleransi, dan mengembangkan kebersamaan saat kita menghadapi musibah yang sangat berat ini.

"Kita semua belajar rendah hati dan bijaksana dalam menghadapi pandemi. Seraya terus ikhtiar dan munajat kepada Allah agar kita semakin diringankan dari musibah ini, serta Allah mengangkat musibah pandemi Covid-19 ini," kata Haedar, menutup pernyataannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement