Kamis 24 Jun 2021 14:21 WIB

RS di Bandung Penuh, BOR Pasien Covid 94 Persen Lebih

Angka itu sudah melebihi angka standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan WHO

Rep: Muhammad Fauzi Ridwan/ Red: Andi Nur Aminah
Petugas kesehatan membawa pasien Covid-19 ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung (ilustrasi)
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan membawa pasien Covid-19 ke ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA), Kota Bandung (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengungkapkan bed occupancy rate (BOR) atau keterisian tempat tidur bagi pasien Covid-19 di Kota Bandung sudah mencapai 94 persen lebih atau penuh. Angka tersebut sudah melebihi angka standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan organisasi kesehatan dunia (WHO) sebesar 60 persen.

"Rumah sakit ada 29, dari 29 itu sebetulnya punya ruangan isolasi sampai saat ini 2.000 tempat tidur ruang isolasi dan semuanya terisi penuh. Sampai kemarin 94 persen (lebih) data ini melebihi data toleransi 60 persen," ujar Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kota Bandung, Yorisa Sativa di acara Bandung Menjawab, Kamis (24/6).

Baca Juga

Ia mengatakan, pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berdomisili Kota Bandung hanya mencapai 56 persen. Sedangkan warga di luar Kota Bandung 44 persen. Fasilitas kesehatan di luar Kota Bandung yang sedikit menyebabkan bertumpu kepada fasilitas kesehatan di Kota Bandung  sehingga menjadi beban berat.

Yorisa mengatakan salah satu upaya yang dilakukan agar kondisi rumah sakit tidak jebol adalah memperkuat di hulu yaitu penerapan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) harus berjalan maksimal dan mobilitas masyarakat dikendalikan. Pembatasan kegiatan masyarakat di berbagai sektor patut diapresiasi.

"Kalau di hulu tidak bekerja dengan baik akan jebol di hilir baik di rumah sakit atau di Cikadut (tempat pemakaman umum)," ujarnya.

Ia melanjutkan, kasus penyebaran Covid-19 saat ini sedang mengalami lonjakan signifikan. Salah satu penyebabnya adalah libur panjang yang terjadi pada bulan kemarin seperti yang terjadi pada awal tahun 2021 lalu. "Untuk yang sekarang sama, setelah libur panjang kemarin dampaknya (kasus melonjak) terasa di dua minggu terakhir ini," katanya. Ia mengatakan kondisi tersebut berjalan bersamaan dengan kondisi di tingkat provinsi Jawa Barat dan nasional. "Artinya tidak ada kasus rendah sekali dan tinggi sekali semua suasanya sama tren naik dan turun seragam," katanya.

Yorisa menambahkan, jika mobilitas masyarakat tidak dapat dikendalikan maka kasus akan terus melonjak signifikan dan rumah sakit tidak dapat menampung pasien tersebut. Ia mengatakan dari 2.000 tempat tidur pasien Covid-19 hanya sekitar 10 persen saja merupakan ruang isolasi intensif atau khusus.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement