Kamis 24 Jun 2021 14:19 WIB

Penyelenggara Olimpiade Tokyo Larang Penjualan Alkohol

Penjualan alkohol di lokasi acara olimpiade dilarang..

Rep: Puti Almas/ Red: Dwi Murdaningsih
Suasana gedung-gedung tinggi di Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (1/6). Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap digelar meskipun situasi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. REUTERS/Kim Kyung-Hoon     SEARCH
Foto: REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Suasana gedung-gedung tinggi di Shibuya, Tokyo, Jepang, Selasa (1/6). Olimpiade Tokyo 2020 akan tetap digelar meskipun situasi pandemi Covid-19 masih belum berakhir. REUTERS/Kim Kyung-Hoon SEARCH

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO — Penyelenggara Olimpiade Tokyo memutuskan pada Rabu (23/6) untuk melarang penjualan alkohol di lokasi acara tersebut. 

Rencananya, perhelatan olahraga internasional ini akan tetap mengizinkan ribuan penonton hadir secara langsung. Penyelenggara telah mendorong persiapan Olimpade Tokyo yang telah tertunda sejak tahun lalu karena pandemi virus corona jenis baru (COVID-19). 

Baca Juga

“Mengikuti saran para ahli, panitia penyelenggara memutuskan untuk tidak menjual dan minum minuman beralkohol di tempat tersebut untuk mencegah penyebaran infeksi,” ujar presiden Olimpiade Tokyo, Seiko Hashimoto dalam sebuah pernyataan, dilansir Global News, Rabu (23/6). 

Meski demikian, penyelenggaraan olimpiade tahun ini juga menimbulkan kekhawatiran secara luas. Khususnya dari masyakarat Jepang yang menjadi tuan rumah acara. Hal ini karena pandemi yang belum berakhir dan diperkirakan acara akan menimbulkan wabah lebih lanjut di negara Asia Timur itu. 

Hashimoto mengatakan bahwa salah satu sponsor Olimpiade Tokyo 2020, Asahi Breweries juga setuju dengan keputusan untuk melarang penjualan alkohol. Sebelumnya, penjualan minuman keras telah dibatasi di dalam dan sekitar Ibu Kota Tokyo, setelah para ahli kesehatan memperingatkan minum akan mendorong kontak dekat, berbicara keras dan berinteraksi di bar yang dapat mendorong penyebaran virus.

Sebelumnya, Hashimoto membela keputusan penyelenggara untuk mengizinkan penonton masuk ke tempat Olimpiade. Pakar kesehatan Jepang mengatakan melarang penonton adalah pilihan yang paling tidak berisiko.

Meski demikian, rekomendasi tentang cara terbaik untuk menjadi tuan rumah Olimpiade jika penonton diizinkan masuk juga diberikan oleh para ahli kesehatan Jepang. Penyelenggara mengatakan pada awal pekan ini bahwa hingga 10.000 penonton domestik akan diizinkan masuk ke venue, sementara pengunjung asing dilarang.

“Kami memutuskan bahwa akan lebih baik untuk melakukan persiapan terbaik yang kami bisa untuk Olimpiade dengan penonton,” jelas Hashimoto.

Hashimoto mengatakan keputusan itu sejalan dengan rekomendasi para ahli medis. Ia memahami bahwa mengadakan acara tanpa penonton akan menurunkan risiko, tetapi ada bukti sejauh ini belum ada klaster di acara dan turnamen olahraga serupa lainnya selama pandemi COVID-19. 

Meski demikian, penyelenggara belum memutuskan terkait izin bagi penonton di sesi malam acara. Perdana Menyeri Jepang Yoshihide Suga masih tidak mengesampingkan penyelenggaraan Olimpiade tanpa penonton jika Tokyo harus kembali memberlakukan status keadaan darurat. 

Upacara pembukaan Olimpiade Tokyo dijadwalkan untuk dilaksanakan pada 23 Juli. Hashimoto mengatakan tantangan utama dalam acara ini adalah untuk membatasi kedatangan orang-orang dan  perayaan,.

“Kami berusaha untuk membuat Olimpiade Tokyo aman dan terjamin, sehingga tidak akan penuh dengan perayaan,” kata Hashimoto.

Banyak warga Jepang yang tetap skeptis tentang kemungkinan mengadakan Olimpiade yang aman selama pandemi. Sejumlah tantangan telah dihadapi penyelenggara untuk mendapatkan kepercayaan, salah satunya dengan seorang anggota delegasi Uganda yang  dinyatakan positif COVID-19 meskipun telah divaksinasi dan dites negatif dari infeksi virus ini sebelum kedatangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement