Kamis 24 Jun 2021 07:33 WIB

Bahasa Pasan di Sulawesi Utara Terancam Punah

Bahasa Pasan tidak banyak digunakan dalam interaksi masyarakat Minahasa setiap hari

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah pria memeragakan tarian perang Kabasaran khas Minahasa di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (28/8/2020).
Foto: Antara/Adwit B Pramono
Sejumlah pria memeragakan tarian perang Kabasaran khas Minahasa di Manado, Sulawesi Utara, Jumat (28/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, MINAHASA TENGGARA - Salah satu bahasa daerah di Provinsi Sulawesi Utara dari etnis Minahasa, khususnya yang digunakan sub etnis Pasan sudah terancam punah. Hal ini diketahui berdasarkan penelitian dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disparbud) Kabupaten Minahasa Tenggara.

"Dari kajian kami bersama dengan Dinas Kebudayaan Provinsi, Bahasa Pasan yang ada di Kabupaten Minahasa Tenggara saat ini terancam punah," kata Kepala Disparbud Kabupaten Minahasa Tenggara Sartje Taogan di Ratahan, Rabu (24/6).

Baca Juga

Ia mengungkapkan sebagian besar kelompok masyarakat itu tidak lagi menggunakan bahasa Pasan dalam percakapan sehari-hari. "Bahasa ini memang sudah jarang digunakan sehingga lama-kelamaan mulai dilupakan dan saat ini kesulitan mencari masyarakat yang masih menggunakan bahasa tersebut," ujarnya.

Sartje menambahkan pihaknya berupaya agar tokoh-tokoh budaya di sub etnis Pasan dilibatkan dalam pelestarian bahasa daerah ini. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Minahasa Tenggara Ascke Benu mengungkapkan pihaknya saat ini berupaya agar bahasa daerah masuk dalam mata pelajaran siswa.

"Saat ini kami memasukkan bahasa daerah sebagai mata pelajaran muatan lokal yang diajarkan pada tingkatan pendidikan dasar," katanya. Ia mengakui kendala dalam pelaksanaan tersebut yakni keterbatasan tenaga pengajar yang khusus memberikan mata pelajaran muatan lokal bahasa daerah.

"Kami juga akan berkoordinasi dengan balai bahasa untuk memaksimalkan upaya pelestarian bahasa daerah di Minahasa Tenggara," ujar Ascke.

Wakil Bupati Minahasa Tenggara Joke Legi khawatir karena bahasa Pasan tidak digunakan dalam interaksi masyarakat setiap hari. "Ini menjadi perhatian bersama, baik dari pemerintah, maupun masyarakat. Karena bahasa daerah merupakan identitas dan bagian dari budaya yang harus dijaga serta dipelihara," katanya.

Legi berharap masyarakat khususnya para pemerhati budaya yang berada di wilayah sub etnis Pasan kembali aktif menggunakan bahasa daerah. "Jangan sampai bahasa ini punah. Nantinya generasi yang akan datang tidak tahu lagi identitas budaya mereka," ujarnya.

Wilayah dan masyarakat Minahasa Tenggara terdiri dari tiga sub etnis. Tiga sub etnis tersebut yakni Pasan, Tonsawang, dan Ponosakan yang tergabung dalam rumpun etnis Minahasa.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement